Pemerintah Kabupaten Bengkalis dinilai tidak optimal dalam penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayahnya.
Pasalnya, puluhan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Malaysia kembali tiba di Bengkalis, Rabu dini hari (20/5) sekitar pukul 01.00 WIB.
Puluhan TKI tersebut secara khusus dijemput Pemkab Bengkalis dari Selat Panjang, Kabupaten Kepulauan Meranti.
Dikutip dari Antara, Kamis (21/5/2020), sekitar 55 TKI tersebut tiba di pelabuhan Bandar Sri Laksemana (BSL) Jalan Sudirman Bengkalis sekitar pukul 01.00 WIB. Ada petugas dari tim medis dan ada juga petugas Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) dan pihak Kepolisian serta Satpol PP.
Melihat adanya puluhan TKI yang baru tiba di pelabuhan BSL Bengkalis, sejumlah warga menyampaikan keheranannya. Pasalnya, Bengkalis tengah memberlakukan PSBB sejak 18 Mei 2020, tetapi pemkab malah menjemput TKI yang pulang dari Malaysia.
“Penerapan PSBB yang aneh. Kok bisa puluhan TKI tiba di Bengkalis pada tengah malam melalui pelabuhan BSL Bengkalis. Dijemput lagi dengan kapal milik pemerintah,” ujar Ilham warga Bengkalis.
Dikatakannya, kedatangan puluhan TKI pada tengah malam itu tentu saja menimbulkan pertanyaan, apalagi sampai dijemput dengan kapal milik pemerintah Bengkalis.
“Yang menjadi pertanyaan, kenapa mereka masuk tidak siang hari, kenapa harus tengah malam hari. Apakah kalau masuk siang takut diamuk warga Bengkalis. Kalau seperti ini, kalau itu memang TKI yang bekerja dari Malaysia, jadi sepertiar berkeliaran di jalan, “katanya.
Menurut dia, Pemkab Bengkalis tidak berkomitmen dalam penerapan PSBB untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di daerah ini.
Ketika dikonfirmasi, Kadis Perhubungan melalui Sekretaris Dinas Perhubungan Zul Asri membenarkan kedatangan 55 warga Bengkalis dari Malaysia dengan menggunakan MV Elang Laut milik Pemkab Bengkalis.
“55 warga yang baru pulang dari Malaysia itu terdiri dari 43 laki-laki dan 12 perempuan. 19 warga Kecamatan Bengkalis dan 36 orang penduduk Kecamatan Bantan,” ujarnya.
Sumber: Antara, Sumatra Bisnis, Go Riau
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’