Seorang warga negara Indonesia (WNI) membawa harum nama bangsa lewat hasil karyanya dalam memperkenalkan tradisi dan kebudayaan Indonesia ke kancah Internasional, yakni di negeri Formosa.
Sebagai permulaan, dia adalah salah satu pekerja migran pertama yang menerima visa kewirausahaan dan salah satu dari sedikit banyak orang yang berhasil bertemu dengan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen.
Fidati juga seorang yang ahli, tangan-tangan gemulainya mampu mengubah adonan tanah liat menjadi hasil karya bernilai tinggi. Ia juga telah banyak mengadakan pameran hasil karyanya, mengenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat Taiwan.
Dia bertemu ahli pembuat kerajinan tangan dari tanah liat yang merupakan warga Taiwan, Young Ching-jen di rumah sakit Taichung pada tahun 2013 karena ibunya berada di tempat tidur di samping seorang lansia yang dirawat Fidati kala ia menjadi pengasuh migran.
Young mendorong Fidati dan pengasuh lainnya di rumah sakit untuk membuat patung karena menurutnya jika mereka dapat mempelajari keterampilan tambahan, maka mungkin mereka dapat menghidupi diri sendiri ketika kembali ke negara asalnya.
“Pengasuh migran ini bekerja sangat keras, sering kali bekerja berjam-jam, jadi memiliki keterampilan atau hobi ekstra membantu mereka mengisi waktu luang,” kata Young.
Fidati akan mengerjakan kerajinannya dengan membuat patung adonan di malam hari bersama perawat migran lainnya di rumah sakit atau saat pasiennya sedang istirahat.
Setelah enam bulan menjalani pelatihan di bawah arahan Young, ia mulai dikenal di kalangan warga masyarakat Indonesia dengan menjadikan hasil karyanya sebagai dekorasi untuk berbagai acara, seperti pernikahan.
Pada saat Fidati dipekerjakan oleh majikan ketiganya, ia telah membangkitkan semangat masyarakat Indonesia dengan menyelenggarakan acara budaya dan menampilkan hasil karyanya di berbagai pameran.
Majikan ketiganya juga mendukung hobinya dan mengizinkannya mengambil cuti jika diperlukan, sesuatu yang sangat sulit dilakukan oleh majikan sebelumnya.
Pameran terbarunya, yang diadakan pada tanggal 5 September hingga 11 Oktober mendatang di Aula Kebudayaan Warga Imigran Baru kota Taoyuan, memamerkan enam karyanya, menampilkan beragam mahakarya yang mengikuti kegiatan sehari-hari di Indonesia, mulai dari seorang perempuan melukis batik hingga sekelompok musisi yang bermain dalam ansambel perkusi tradisional.
Salah satu karya yang sangat ia banggakan adalah karya tahun 2016 berjudul “Gamelan”, yang menggambarkan tujuh musisi berbusana tradisional Indonesia memainkan musik ensambel tradisional masyarakat Jawa dan Bali.
“Banyak yang tahu tentang gamelan dan langsung bisa menghubungkannya dengan budaya Indonesia,” kata Fidati kepada wartawan CNANews.
Karya lain yang sangat disukainya adalah yang ia buat tahun ini berjudul “Batik,” yang menunjukkan seorang wanita menerapkan teknik pewarnaan motif khas Indonesia pada sehelai kain putih.
Ia membuat karya budaya dan menggelar pameran karena ia berharap semakin banyak orang di Taiwan yang sadar akan Indonesia dan budayanya yang unik dan menarik jika dipelajari bersama.
Tak hanya kali ini, namanya juga mencuat ke media Taiwan pada bulan Maret 2018 lalu ketika dia mengatur aksi pembersihan kota Taichung, dimana sekitar 13 hingga 50 pekerja migran asal Indonesia juga berkumpul sebulan sekali untuk mengumpulkan sampah dan melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat bagi khalayak ramai.
Karena dedikasinya yang tinggi, Walikota Taichung saat itu Lin Chia-lung mengadakan pertemuan pada bulan Juli 2018 agar Fidati dapat bertemu dengan Presiden Tsai, yang memujinya atas rasa cinta dan perhatiannya pada Taiwan.
Namun kesuksesannya tidak berhenti sampai di situ saja. Dia mengatakan bahwa dia mencintai Taiwan dan berharap dapat mendapatkan kewarganegaraan Taiwan di masa depan.
“Saya suka Taiwan karena saya bisa melakukan banyak hal di sini dibandingkan dengan di Indonesia,” katanya.
“Taiwan menawarkan banyak peluang. Kami tidak memiliki banyak peluang di Indonesia,” tuturnya.
Sumber : Taiwannews, CNANews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan