Ungkapan di atas merupakan satu kaedah yang sangat penting. Sebab, banyak orang terjun dalam medan dakwah demi memperbaiki umat justru melalaikan kaidah ini dan berusaha menundukkan realita politik yang pahit dengan berbagai langkah yang tidak diperintah syari’at.
Hal ini, karena mereka menganggap bahwa (untuk memperbaiki) keadaan yang ada saat ini hanya dibutuhkan kemampuan untuk menyadarkan umat bagaimana seorang penguasa itu dijatuhkan dan memberitahukan kepada mereka tentang keburukan-keburukannya sehingga terputuslah hubungan antara sang penguasa dengan rakyatnya.
Mereka menyatakan, “Bila rakyat telah berhasil dipisahkan dari pemegang kekuasaan, maka berarti kita telah mewujudkan satu langkah awal untuk melakukan perlawanan kepadanya. Dan bila kita sudah memegang kendali kekuasaan, maka kita akan memperbaiki keadaan kaum Muslimin, berlaku adil terhadap rakyat, memperluas kesempatan mendapatkan penghidupan layak bagi rakyat, melumpuhkan kaum munafikin, dan kita padamkan kekuatan musuh Yahudi di Palestina dan kita ambil kembali Andalusia dari tangan bangsa Salibis…”
Apa yang didengungkan di atas memang merupakan tujuan-tujuan yang mulia dan target-target yang bagus. Akan tetapi, persoalan yang terpancang antara kita dan mereka terdapat pada jalan atau metode yang mengantarkan menuju sasaran tersebut.
Mereka itu menjadikan masalah besar ini sebagai lahan eksperimen, berkreasi dan menuangkan inovasi baru mereka. Sedangkan kita, Ahlu Sunnah wal Jamaah, telah menemukan jalannya dengan berkomitmen mengikuti petunjuk Rasûl Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Sebab, kita amat sangat yakin bahwa tidak ada jalan yang benar kecuali jalan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allâh Azza wa Jalla berfirman: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku”. [Yûsuf/12:108]
Kita hanya mengikuti petunjuk Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam persoalan ini karena kita yakin bahwa Allâh lah satu-satunya Dzat Yang Memutuskan dan Pemberi taufik. Barang siapa menyimpang dari jalan Nabi-Nya, maka tidak akan beruntung selamanya. Jadi, hendaknya mereka itu sadar bahwa segala urusan itu milik Allâh Azza wa Jalla .
Apabila kita merenungi Kitabullah, niscaya kita akan dapati bahwa tiap kali berbicara tentang khilâfah, tamkîn (pemberian tampuk kepemimpinan atau kedudukan) dan mulk (kekuasaan), al-Qur`an selalu mengaitkan semua itu dengan Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Misalnya, dalam firman Allâh tentang istikhlâf (pelimpahan tugas sebagai penguasa) :
Dan ingatlah ketika Rabbmu berkata kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” [Al-Baqarah/2:30].
Musa menjawab, “Mudah-mudahan Allâh membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(-Nya), maka Allâh akan melihat bagaimana perbuatanmu” . [Al-A’râf/7:129]
Dan Allâh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa [An-Nûr/24:55].
Tentang tamkîn (pemberian tampuk kepemimpinan atau kedudukan), Allâh Azza wa Jalla berfirman: “Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu.” [Al-An’âm/6:6].
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat.” [Al-Hajj/22:41].
“Dan demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir), dia bisa tinggal dimana saja dia mau.” [Yûsuf/12:56]
Sedangkan tentang pemberian kekuasaan, Allâh Azza wa Jalla berfirman: “Dan Allâh memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” [al-Baqarah/2:247]. “Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrâhîm, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” [An-Nisâ’/4:54]
Juga firman-Nya saat mengisahkan perkataan Nabi Yûsuf Alaihissallam : “Ya Rabbku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi.” [Yûsuf/12:101]
Dan Allâh Azza wa Jalla berfirman: Katakanlah, “Wahai Rabb Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. [Ali ‘Imrân/3:26].
Sumber : Ustadz Abdul Somad Official, Almanhaj
Berita Terkait
Umat Muslim Lebih Dari 30 Negara Datang Ke Masjid Agung Taipei Untuk Merayakan Ramadhan
Restorasi Al-Qur’an Berusia 500 Tahun Telah Selesai
6 Tips Berpuasa di Hari Pertama Ramadhan