Jumlah kasus varian JN.1 COVID-19 yang terbaru tercatat di Taiwan masih relatif rendah, saat ini hanya berjumlah 3 persen dari kasus COVID yang terdeteksi dalam empat minggu terakhir, CDC mengumumkan pada hari Selasa.
Menurut juru bicara Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Lo Yi-chun (羅一鈞) pada konferensi pers mingguan pusat tersebut, varian JN.1 telah terdeteksi di lebih dari 40 negara di seluruh dunia pada 18 Desember.
JN.1 adalah varian yang paling cepat menyebar di negara-negara Barat, kata Lo, seraya menambahkan bahwa varian tersebut kini juga merupakan varian utama yang tercatat di Singapura, mencakup lebih dari separuh kasus yang didokumentasikan di negara kota tersebut baru-baru ini.
Namun, kasus JN.1 masih relatif rendah di negara-negara dekat Taiwan, dengan varian tersebut terdeteksi pada kurang dari 10 persen kasus COVID-19 yang dilaporkan di Jepang.
Lo menjelaskan bahwa meskipun JN.1 dilengkapi dengan kemampuan penghindaran kekebalan yang memungkinkannya menyebar dengan mudah, namun belum ada peningkatan signifikan dalam jumlah kasus parah akibat varian tersebut, yang berarti varian tersebut memiliki faktor risiko kesehatan masyarakat yang relatif rendah.
Selain itu, varian ini rentan terhadap pengobatan medis antivirus dan dapat dideteksi melalui tes cepat, kata Lo, seraya menambahkan bahwa tidak ada peningkatan kasus JN.1 yang dilaporkan di Taiwan.
Di Taiwan, pejabat CDC Kuo Hung-wei (郭宏偉) mengatakan dari seluruh kasus COVID-19 domestik yang tercatat di Taiwan selama empat minggu terakhir, 81 persen terdiri dari varian EG.5, diikuti oleh XBB.1.9.1 sebesar enam persen, BA.2.86 sebesar lima persen dan terakhir JN.1 sebesar tiga persen.
Sumber : Focus Taiwan
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan