Sindikat penipuan berkedok ladang pencari pekerjaan, menculik dan mengurung 61 korban, termasuk 3 orang yang dikurung hingga meninggal. [Facebook/●【爆料公社】●]
Sebuah sindikat penipuan berkedok ladang pencari pekerjaan, menculik dan mengurung 61 korban, termasuk 3 orang yang dikurung hingga meninggal, dan jenazahnya dibawa ke Nantou untuk dibuang dan ditelantarkan di pegunungan.
Setelah total 56 hari penyelidikan oleh Kantor Kejaksaan Distrik Shilin, 246 korban penipuan ditemukan, dan jumlah penipuan mencapai 396,67 juta NTD. Hari ini, hasil penyelidikan telah ditentukan dan 29 orang termasuk para dalang sindikat penipuan yakni Chen Huawei dan Fu Yulin diadili. Mengingat kejahatan yang telah mereka lakukan sangat tidak manusiawi, banyak yang menyarankan agar pengadilan menghukum Chen dan Fu penjara seumur hidup, dan 27 terdakwa lainnya harus menerima hukuman yang lebih berat dari yang tertera pada undang-undang.
Petugas polisi memerintahkan polisi untuk menyelamatkan 26 orang di “Basecamp Tamsui” di New Taipei pada 1 November, dan menyelamatkan 32 orang di “Basecamp Zhongli” di Taoyuan pada 3 November. 3 lainnya meninggal karena jatuh dari gedung, muntah darah, dan kematian mendadak karena tidak dapat menahan siksaan. Setelah memeriksa keseluruhan kasus, jaksa menemukan bahwa kedua penjara dan pelakunya berkaitan dengan tokoh kunci yang sama, yaitu Chen Huawei, yang dijuluki “Direktur Teh” (茶董).
Berdasarkan laporan oleh Liberty Times, metode penculikan yang mereka lakukan adalah dengan memposting akun keuangan sewaan yang mahal dan informasi pencarian kerja secara online melalui platform ‘Telegram’ untuk menarik orang dari lapisan bawah masyarakat untuk datang ke rumah mereka. Namun, ketika para korban datang, mereka akan segera ditutup matanya dengan potongan kain dan diikat dengan ikat pinggang. Mereka masing-masing dipenjarakan di Tamsui dan Zhongli. Semua korban ditaruh di ruangan yang hanya sebesar 5 Ping 坪 (Setara 16.5 meter persegi), dan mereka akan diberi makan mi instan berisi obat tidur atau narkotika tingkat tiga untuk membuat para korban tertidur.
Jaksa menyatakan bahwa pada 18 Oktober 2022, korban bermarga Huang dianiaya dan jatuh hingga tewas dari lantai 11, tetapi jenazahnya belum sempat dilihat orang lain dan segera dibawa ke Nantou oleh anggota kelompok penipu untuk ditinggalkan jenazahnya. Tanggal 27 di bulan yang sama (Oktober), seorang korban wanita bermarga Huang menderita diabetes, namun anggota kelompok penipu tidak memperbolehkannya terus minum obat, menyebabkan ia muntah darah dan meninggal di dalam rumah. Keesokan harinya, korban bermarga Lin meninggal mendadak di toilet, dan mayatnya hanya dibiarkan disana oleh anggota kelompok penipu tersebut.
Menurut laporan UDN, jika ada orang yang berbicara, semua orang akan dipukuli. Para korban juga bercerita bahwa jika mereka bersikeras untuk tidak mengungkapkan kata sandi rekening banknya, mereka akan dipukuli. Para anggota penculikan juga tidak segan-segan mengeluarkan tongkat, belati, senjata anti huru hara, alat setrum listrik, dan lainnya. Mereka akan memukul semua orang dengan kejam, dan hanya orang yang patuh yang bisa pergi ke toilet dan menyelamatkan hidup mereka.
Sumber : Liberty Times
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan