Menurut para ahli kesehatan, Hong Kong memegang catatan laju kematian akibat COVID-19 terburuk di dunia. Hal itu terjadi meskipun gelombang terburuk Virus Corona di wilayah tersebut telah mencapai puncaknya.
Perebakan luas varian Omicron dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, membuat jumlah kasus baru di Hong Kong melesat dan memaksa pihak berwenang mengambil langkah tegas dan mewajibkan tes COVID-19.
“Tetapi kini kasus mulai turun,” kata para ahli seperti dikutip dari VOA News, pada hari Rabu (9/3/2022).
Gabriel Leung, Dekan Sekolah Kedokteran di University of Hong Kong, mengutip sebuah studi yang diperbarui oleh universitas yang mengatakan jumlah kasus Virus Corona COVID-19 sudah mencapai puncaknya minggu lalu.
“Gelombang kelima sudah mencapai puncaknya pada 4 Maret. Jumlah infeksi harian akan turun dari seribu pada akhir April dan di bawah 100 pada pertengahan Mei,” demikian bunyi sebagian cuitan Leung.
Tingkat kematian akibat COVID-19 di Hong Kong per satu juta orang menjadi yang terburuk di dunia. Berdasarkan data dari publikasi kesehatan Our World in Data, Hong Kong memiliki tingkat 29,18 kematian baru per satu juta orang dalam kurun waktu satu minggu hingga Senin (7/3) lalu.
Sebanyak 91 persen dari jumlah kematian total yang mencapai 2,578 terjadi dalam tiga bulan terakhir, di mana banyak korban yang meninggal adalah para lansia. Hong Kong sendiri mencatat 160 kematian baru pada Selasa (8/3).
Sebelumnya, fasilitas untuk menyimpan mayat di rumah sakit dan kamar mayat umum di Hong Kong berada pada kapasitas maksimum karena rekor jumlah kematian akibat COVID-19, kata Otoritas Rumah Sakit pada Senin 28 Februari 2022, ketika para pejabat berjuang untuk mengendalikan lonjakan kasus.
Pusat keuangan global itu melaporkan rekor harian tertinggi 34.466 infeksi baru Virus Corona COVID-19 dan 87 kematian pada hari Senin, kata otoritas kesehatan seperti dikutip dari CNBC, Rabu (2/3/2022).
Secara terpisah, Sekretaris Pendidikan kota mengatakan sekolah internasional dapat mempertahankan tanggal masuk sekolah mereka, setelah kebingungan yang meluas tentang liburan sekolah musim panas.
Kevin Yeung mengatakan sekolah internasional dapat melanjutkan kelas online hingga Maret dan April, sementara sekolah lokal akan mengambil istirahat awal untuk musim panas dari Maret hingga pertengahan April.
Halaman yang berdekatan dengan sekolah diperkirakan akan digunakan oleh pemerintah pada bulan Maret, saat pihak berwenang menggelar tes wajib terhadap 7,4 juta penduduk kota itu.
Rak-rak bahan makanan kosong terlihat di beberapa supermarket, ketika penduduk mengambil barang-barang penting setelah penyiar publik RTHK mengutip Menteri Kesehatan Sophia Chan yang mengatakan pemerintah tidak mengesampingkan lockdown di seluruh kota selama periode pengujian COVID-19 secara massal.
Sumber : The Straits Times, Bloomberg Markets and Finance, VOA News
Berita Terkait
Wabah Pneumonia di China: Rumah Sakit Penuh
Topan Khanun Tiba, Warga Korea Utara Diminta Utamakan Jaga Foto Kim Jong Un
Taiwan Mempertimbangkan Untuk Mempekerjakan Lebih Banyak Pekerja Filipina Sampai Menawarkan Tempat Tinggal Permanen!