Selama bekerja di Taiwan mencari nafkah untuk keluarganya, seorang pekerja migran yang diidentifikasi berasal dari Filipina menderita penyakit kronis hingga kini ia berada dalam keadaan koma.
Akan tetapi Yayasan Tzu Chi Taiwan berencana untuk memberikan bantuan kemanusiaan ketika ia dapat kembali ke negara asalnya.
Adapun pekerja migran berjenis kelamin pia berusia 36 tahun bernama lengkap Ireneo Jr. Estoy Muana, merupakan penduduk asli kota Davao di Filipina.
Ia datang ke Taiwan untuk bekerja pada tahun 2018 lalu setelah direkrut oleh perusahaan Taiwan. Kontrak kerjanya akan berakhir tahun ini dan dia sedang bersiap untuk pulang ke rumah untuk berkumpul bersama istri dan anak-anaknya ketika dia tiba-tiba jatuh sakit pada bulan Maret lalu.
Dokter mendiagnosis dia menderita meningitis tuberkulosis (TBM) yang menyebabkan hidrosefalus akut. Dokter menganggap kondisinya parah, tetapi dia berhasil melewatinya dan sekarang dalam kondisi stabil.
Meski begitu, dia masih dalam keadaan koma. Istrinya, Arile Yu Pasulohan Muana (33 tahun) awalnya tidak bisa menerima banyak informasi dan tidak bisa menemuinya karena pandemi COVID-19. Mereka harus menghabiskan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-11 secara terpisah.
Sebelumnya Arile bekerja sebagai seorang sales dan jatuh cinta dengan suaminya saat bekerja di perusahaan yang sama. Dia mengatakan Ireneo lucu dan peduli dengan dua anak mereka.
Agar kondisi perekonomian mereka lebih baik, Ireneo akhirnya memilih untuk bekerja di Taiwan. “Dia mencintai keluarganya lebih besar dari dia mencintai dirinya sendiri,” kata Arile.
Pada tahun 2019, Ireneo mengambil liburan panjang dari Taiwan untuk mengunjungi keluarganya di Filipina. Anak sulungnya, seorang putri berusia 15 tahun bernama Putri Joy P. Muana, saat ini duduk di kelas 10, sedangkan putranya Chester Xian P. Muana berusia 12 tahun dan duduk di kelas 7.
Bertekad untuk membantu suaminya usai Ireneo dinyatakan koma, Arile berkoordinasi dengan Kantor Ekonomi dan Kebudayaan Manila, Kementerian Luar Negeri Taiwan, dan majikan Ireneo untuk memungkinkannya terbang dari Filipina ke Taiwan pada bulan Oktober kemarin.
Setelah dia menyelesaikan karantina wajib COVID-19 yang menjadi aturan pencegahan wabah corona di Taiwan, Arile akhirnya bisa bertemu dan berada di sisi suaminya dengan harapan membawanya kembali suaminya ke Filipina untuk menghabiskan Natal bersama anak-anak mereka.
Namun, jalan pemulihan Ireneo masih panjang dan sulit. Dia saat ini dalam kondisi hampir vegetatif, membutuhkan perawatan konstan. Kerabat dan teman-temannya tidak dapat membantu, sehingga pada akhirnya beban perawatan Ireneo yang koma jatuh pada Arile.
Arile mengatakan Sistem Jaminan Sosial Filipina tidak dapat memberikan subsidi keringanan karena Ireneo tidak membayar asuransi kesehatan nasional selama bekerja di Taiwan.
Setelah tiba-tiba kehilangan pencari nafkah keluarga, dia menjual kue buatan tangan tetapi hampir tidak dapat menghasilkan cukup uang untuk membayar kebutuhan pangan dan sandang bagi anak-anaknya.
Anak-anak juga menghadapi dilema harus putus sekolah karena kesulitan keuangan. Dia mengatakan bahwa begitu Ireneo keluar dari rumah sakit, dia akan melakukan yang terbaik untuk merawatnya di rumah, tetapi dia akan berjuang untuk juga bekerja dan menghidupi keluarga kecilnya.
Sejak Ireneo sakit-sakitan, majikan Ireneo di Taiwan membantu mencari perawatan medis dan mempekerjakan staf perawat untuk merawatnya selama 24 jam setiap hari. Selama periode ini, Arile juga memperoleh visa untuk datang ke Taiwan dan memperoleh keterampilan keperawatan untuk merawatnya.
Selain itu, majikan juga membelikan satu set alat kesehatan berupa oksigenator, aspirator, dan kasur angin untuk Ireneo.
Selain itu, perusahaan juga mengajukan anuitas cacat asuransi tenaga kerja untuk Ireneo. Namun, anuitas cacat asuransi tenaga kerja memerlukan penyerahan dokumen yang diterjemahkan ke dalam bahasa China, diverifikasi oleh otoritas yang kompeten, dan diserahkan ke Biro Asuransi Tenaga Kerja setiap tahun.
Banyak prosedur rumit dan memakan waktu, biaya verifikasi, biaya penanganan, kerugian nilai tukar yang tinggi, dan tidak banyak yang tersisa di anuitas menjadi penghalang penanganan Ireneo.
Ketika badan amal keagamaan Tzu Chi Taiwan mendengar berita tentang keadaan malang yang menimpa Ireneo, mereka mengumumkan bahwa cabang lokalnya di Filipina akan memberikan bantuan setelah ia kembali ke kampung halamannya.
Terlepas dari semua tantangan, Arile tetap optimis dan kuat meski menjalani begitu banyak cobaan kehidupan. “Setiap kali saya berbicara dengan Ireneo, saya akan bertanya apakah dia mengingat saya. Dia selalu mencoba yang terbaik untuk melihat saya seolah-olah berbicara, dan mencoba untuk menggerakkan tangannya untuk memberi tahu saya bahwa dia sedang bekerja keras, untuk bangkit dari kondisi komanya dan saya yakin dia bisa,” kata Arile.
Dia memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan mendukung keluarga mereka melalui saat-saat paling sulit dan Arile juga percaya bahwa suaminya pada akhirnya akan pulih.
Sumber : Taiwannews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan