Sebuah studi baru menunjukkan bahwa SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan penyakit virus corona (Covid-19) kemungkinan melakukan penyebaran yang lebih minim ke udara dibandingkan versi mutasi varian barunya.
Para peneliti menemukan bahwa pasien yang terinfeksi Covid-19 varian Alpha, mengeluarkan virus 43 hingga 100 kali lebih banyak ke udara dibandingkan orang yang terinfeksi virus corona versi asli (SARS-Cov-2) yang kali pertama ditemukan di Wuhan, China.
Alpha merupakan strain dominan dari mutasi virus corona yang beredar saat penelitian ini dilakukan.
Faktor yang mendorong lebih banyaknya penyebaran yang dilakukan varian Alpha ke udara adalah karena fakta bahwa pasien yang terinfeksi Alpha telah meningkatkan jumlah virus pada usap hidung dan air liurnya.
Namun menurut laporan yang diterbitkan dalam Clinical Infectious Diseases, jumlah virus yang diembuskan 18 kali lebih banyak dibandingkan yang dapat dijelaskan oleh viral load yang lebih tinggi.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (23/9/2021), para peneliti juga menemukan bahwa penggunaan masker yang longgar oleh pasien yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan dapat mengurangi jumlah partikel yang mengandung virus di udara sekitar 50 persen.
Seperti yang disampaikan rekan penulis Don Milton dari University of Maryland School of Public Health dalam sebuah pernyataan.
“Kita tahu bahwa varian Delta yang beredar saat ini bahkan lebih menular dibandingkan varian Alpha, namun penelitian kami menunjukkan bahwa variannya terus menjadi lebih baik dalam perjalanan penyebarannya melalui udara, jadi kami harus menyediakan ventilasi yang lebih baik dan memakai masker yang ketat selain upaya vaksinasi tentunya, ini untuk membantu menghentikan penyebaran virus,” kata Milton.
Sumber : Tribunnews, Channel News Asia
Berita Terkait
Wabah Pneumonia di China: Rumah Sakit Penuh
Topan Khanun Tiba, Warga Korea Utara Diminta Utamakan Jaga Foto Kim Jong Un
Taiwan Mempertimbangkan Untuk Mempekerjakan Lebih Banyak Pekerja Filipina Sampai Menawarkan Tempat Tinggal Permanen!