Amerika Serikat, disebut mendanai penelitian virus Corona di Institut Virologi, Wuhan, China. Hal tersebut terungkap dalam sebuah dokumen data yang diduga bocor.
Dalam dokumen itu, tertulis bahwa Amerika Serikat mendanai penelitian virus sejak tahun 2014 silam.
Dikutip dari Tribunnews.com, dalam dokumen yang diterima The Intercept, lembaga kesehatan EcoHealth Alliance menggunakan uang pemerintah federal AS untuk melakukan proyek penelitian virus Corona yang menjangkit kelelawar di laboratorium itu.
Organisasi kesehatan American EcoHealth Alliance menerima beberapa juta dolar Amerika Serikat (AS) dalam pembiayaan mulai tahun 2014 dari pemerintah AS untuk melakukan penelitian tentang patogen, termasuk virus corona (Covid-19).
Perusahaan ini, didanai i oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases, dengan salah satu programnya berlangsung pada 2014 hingga April 2020.
Dari laporan data, disebut bahwa EcoHealth Alliance mempelajari virus corona yang ditemukan pada kelelawar menggunakan laboratorium level 3 di Pusat Percobaan Hewan Universitas Wuhan, bukan di Institut Virologi Wuhan.
Dijelaskan oleh Direktur Eksekutif kelompok Hak Untuk Tahu AS yang menyelidiki asal-usul Covid-19, Gary Ruskin, penelitian yang dilakukan merupakan penerlitian dengan resiko tinggi.
“Dokumen-dokumen ini adalah peta jalan menuju penelitian berisiko tinggi yang dapat menyebabkan pandemi saat ini,” kata Ruskin.
Dikatakan dalam laporan itu, sekitar 599.000 dolar AS digunakan oleh perusahaan AS ini untuk mendanai upaya identifikasi untuk melihat dugaan infeksi sel mirip manusia di Institut Virologi Wuhan.
Sementara itu, Ahli Biologi Molekuler di Rutgers University, Richard Ebright mengatakan bahwa dokumen tersebut berisi data tentang penelitian virus buatan laboratorium, yang diciptakan agar dapat menginfeksi tikus laboratorium yang direkayasa untuk meniru organisme manusia.
Para peneliti menciptakan setidaknya dua jenis virus corona berbeda yang berhasil menginfeksi ‘tikus yang dimanusiakan’.
“Virus yang mereka buat diuji kemampuannya untuk menginfeksi tikus yang direkayasa untuk menampilkan reseptor tipe manusia di sel tikus.”
“Saat mereka bekerja pada virus corona terkait SARS, mereka melakukan proyek paralel pada saat yang sama pada virus terkait MERS, virus corona yang menyebabkan Sindrom Pernafasan Timur Tengah,” jelas Ebright.
Ahli Biologi Molekuler lainnya, Alina Chan dari Broad Institute mengatakan dokumen itu juga menunjukkan bahwa EcoHealth Alliance mengetahui tentang risiko bekerja dengan virus corona.
“Mereka prihatin dengan ilmuwan lapangan yang berhubungan dekat dengan kelelawar yang terinfeksi virus corona dan produk sampingan dari aktivitas mereka, juga yang digigit,” kata Chan.
Diketahui, Setelah penelitian pertama, pendanaan dihentikan pada April 2020 oleh pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.
Namun kemudian penelitiannya diluncurkan pada Agustus 2020 dan diberi judul ‘Memahami Risiko Munculnya Virus Zoonosis pada Hotspot Penyakit Menular di Asia Tenggara’.
Sumber : Tribunnews, Kumparan
Berita Terkait
Wabah Pneumonia di China: Rumah Sakit Penuh
Topan Khanun Tiba, Warga Korea Utara Diminta Utamakan Jaga Foto Kim Jong Un
Taiwan Mempertimbangkan Untuk Mempekerjakan Lebih Banyak Pekerja Filipina Sampai Menawarkan Tempat Tinggal Permanen!