Yeti binti Emen, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kampung Cinde, Desa Jatisari, Kecamatan Bojongpicung, Cianjur yang bekerja di Kuwait hilang kontak selama 17 tahun dengan keluarganya.
Pihak keluarga memohon kepada pemerintah untuk membantu mencari keberadaan Yeti dan bisa segera memulangkan TKI tersebut.
Repi Nurhayati (21 tahun), anak TKI Yeti mengatakan ibunya berangkat menjadi TKI ke Timur Tengah, tepatnya di Negara Kuwait pada tahun 2004 dan bekerja di sektor non formal.
Tiga bulan pertama bekerja di Kuwait, Yeti masih berkomunikasi dengan keluarga. Bahkan TKI tersebut sempat mengirimkan uang hingga barang-barang melalui kargo untuk keluarga.
“Waktu ibu berangkat, saya masih berusia 3 tahun. Tapi kata kakaknya ibu saya, tiga bulan pertama itu masih komunikasi melalui surat, karena saat itu belum zamannya HP. Sempat mengirimkan uang melalui wesel dan barang-barang melalui kargo. Tapi setelah itu, bahkan sampai sekarang hilang kontak, tak ada kabar sedikitpun,” ujar Repi, Rabu (1/9/2021).
Repi mengaku sudah berusaha mencari informasi terkait keberadaan ibunya, namun sampai saat ini belum membuahkan hasil. Pasalnya, tidak ada satupun dokumen pemberangkatan atau identitas ibunya.
Terlebih, Nenek dan sang ayah yang mengetahui proses pemberangkatan ibunya itupun belum lama ini meninggal dunia. Sehingga tak ada lagi yang bisa ia tanya untuk menggali informasi terkait ibunya.
“Saya sudah berusaha mencari tapi tidak ada hasil karena yang memberangkatkan ibu pas waktu itu adalah ayah saya. Jadi ayah saya yang tahu PT nya. Tapi sekarang ayah saya sudah meninggal, jadi saya bingung. Dokumen terkait pemberangkatannya juga tidak ada,” ungkap Repi.
“Yang saat ini masih ada, hanya foto ibu saya ketika di balai pelatihan pada tahun 2004 lalu,” tambahnya.
Repi yang kini sudah berumah tangga dan memiliki satu anak itu berharap pemerintah bisa membantu mencari tahu keberadaan, keadaan, dan bisa segera memulangkan ibunya.
“Saya mohon pemerintah bisa membantu saya untuk mencari tahu keberadaan ibu saya, apapun keadaannya. Kalau ibu masih hidup, mohon bisa dipulangkan,” ucap Repi seraya meneteskan air mata.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia Raya (Astakira) Pembaharuan Kabupaten Cianjur Ali Hildan mengaku mendapatkan informasi jika ada TKI asal Cianjur yang sudah hilang kontak selama 17 tahun dari media sosial.
Menurut Ali, tidak adanya dokumen membuat upaya pencarian akan sulit, tetapi masih ada harapan lantaran TKI Yeti diduga berangkat secara resmi. Sehingga pihaknya bisa melakukan pencarian awal ke balai pelatihan sebelum Yeti diberangkatkan.
“Memang sulit, tapi tetap bisa. Masih ada celah. Karena ada foto yang menunjukkan jika TKI Yeti sempat mengikuti pelatihan di balai di Jakarta. Kita akan komunikasi dengan setiap balai untuk mencari datanya. Sehingga bisa diketahui dimana dia bekerja, dan bisa ditelusuri lebih lanjut,” ucap dia.
Dia mengatakan pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah, provinsi, hingga kementerian untuk mencari tahu dan memulangkan TKI tersebut.
“Kami akan komunikasikan, supaya secepatnya bisa diketahui keberadaannya. Apalagi kan sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat, TKI harus dilindungi dari ujung rambut sampai kaki. Makanya kita akan bantu semaksimal mungkin, minimalnya dapat lokasi dan kabar terkini,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Disnakertrans Cianjur, Ricky Ardi Hikmat hingga saat ini belum bisa dimintai konfirmasi. Detikcom sudah berupaya menghubungi namun belum mendapat respons.
Sumber : detikcom
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’