Pemerintah Taiwan mengatakan vaksin BioNTech COVID-19 tersedia lebih awal dari yang diperkirakan dan mereka berusaha untuk mendapatkannya dalam persaingan dengan negara lain.
Media Reuters melaporkan pada hari Rabu (25/8/2021) bahwa Taiwan bisa mendapatkan pengiriman pertama vaksin buatan Jerman itu satu bulan lebih awal dari jadwal karena penundaan persetujuan peraturan suntikan untuk yang digunakan di daratan China membuat surplus tersedia untuk pulau itu.
Usaha keras Taiwan untuk mendapatkan vaksin itu, yang dikembangkan bersama dengan Pfizer Inc, telah menjadi isu drama politik dan diplomatik yang tinggi, setelah Taiwan menuduh China memblokir kesepakatan awal tahun ini, yang dibantah Beijing.
Otoritas China mengklaim Taiwan yang diperintah secara demokratis adalah wilayah mereka. Pemerintah Taiwan kemudian mengizinkan raksasa teknologi Foxconn, pendiri miliardernya Gerry Gou, dan TSMC untuk bernegosiasi atas namanya untuk memperoleh vaksin itu.
Kesepakatan bernilai $350 juta (atau setara dengan Rp 5 triliun) untuk 10 juta suntikan ditanda tangani bulan lalu, yang akan disumbangkan kepada pemerintah untuk didistribusikan.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu malam, Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) Taiwan mengatakan telah diberitahu oleh TSMC bahwa kiriman tambahan vaksin yang dibuat untuk agen penjualan China BioNTech Shanghai Fosun Pharmaceutical Group Co Ltd akan “meninggalkan pabrik itu” pada paruh kedua bulan Agustus.
“Kiriman vaksin ini lebih awal dari kiriman pertama pasokan yang dijadwalkan oleh unit donor. Banyak negara secara aktif berusaha untuk mendapatkannya. Jika Taiwan tidak mengupayakan, kiriman vaksin ini dapat dialihkan ke negara lain.”
Vaksin-vaksin itu awalnya dimaksudkan untuk “tempat lain” dan memiliki nama Fosun dalam bahasa China, dan meskipun ini bukan tujuan awal Taiwan, itu dapat diterima, tambahnya.
“Selama kualitas vaksin terjamin, cara pelabelan bisa diberikan keleluasaan, sehingga pemerintah bisa menerimanya.”
TSMC tidak segera menanggapi permintaan komentar. Sedangkan pihak BioNTech pada Rabu menolak berkomentar.
Salah satu poin awal yang mencuat adalah desakan pemerintah Taiwan bahwa vaksin berasal dari Jerman dalam kemasan aslinya, daripada apa pun yang menyiratkan Taiwan harus mengambil vaksin dari China, yang secara politis tidak dapat diterima oleh banyak orang Taiwan.
Sementara Kepala Eksekutif BioNTech Ugur Sahin mengatakan pada April ia berharap vaksin COVID-19-nya akan mendapat persetujuan dari otoritas China “paling lambat Juni”, belum ada persetujuan yang diberikan.
Sejauh ini suntikan vaksin BioNTech ini disetujui di Hong Kong dan Makau yang kini dikelola oleh China.
Sumber : 自由時報電子報, 三立LIVE新聞, Reuters
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan