Otoritas Korea Utara Terapkan Kerja Paksa bagi Pelanggar Aturan Covid-19

Korea Utara akan memberlakukan kerja paksa pada warga yang melanggar aturan pencegahan COVID-19 dengan berkumpul dalam kelompok lebih dari 3 orang di luar rumah mereka, Radio Free Asia (RFA) melaporkan pada hari Rabu (11/8/2021).

“Jika empat orang atau lebih kecuali keluarga dekat berkumpul untuk makan atau minum, bahkan jika mereka adalah kerabat, otoritas pengendalian penyakit akan mengirim mereka ke pusat tenaga kerja disiplin karena melanggar karantina virus corona.”

“Atau mereka juga bisa dikenakan denda yang sangat besar,” ujar seorang penduduk provinsi Pyongan Selatan, dekat ibu kota Pyongyang, kepada RFA.

Narasumber yang tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan itu mengatakan, perintah itu datang dari Badan Pengendalian Penyakit Pusat demi mencegah penyebaran varian COVID-19.

Tidak jelas mengapa beberapa orang dikenai denda sementara yang lainnya kerja paksa.

Dalam satu kasus, kata sumber itu, seorang pria didenda karena mengadakan pernikahan putranya di rumahnya pada pertengahan Juli – tetapi tidak dihukum dengan kerja paksa.

Pernikahan, menurut pihak berwenang, menurut laporan RFA, masih diperbolehkan. Namun, mereka harus mematuhi aturan karantina.

Sumber itu mengatakan bahwa pihak berwenang pada awalnya mengecualikan pernikahan dari larangan karena keluhan dari penduduk.

Tetapi aturan itu berubah karena jumlah orang yang diduga terpapar virus corona yang mengalami demam tinggi terus meningkat sejak Juni.

Dengan tidak melarang pernikahan secara langsung, otoritas pengendalian penyakit mulai menindak pertemuan lebih dari tiga tamu sebagai pelanggaran karantina, kata sumber itu.

Langkah-langkah tersebut tampaknya bertujuan untuk menahan virus di negara yang belum secara resmi melaporkan satu kasus pun COVID-19, meskipun para ahli tetap tidak yakin.

Pada bulan Juni, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengecam para pejabat karena “tidak bertanggung jawab dan ketidakmampuan kronis” mereka dalam menangani pandemi, mengindikasikan bahwa virus itu mungkin telah mencapai pantainya.

Pada awal Januari 2020, ketika awal-awal pandemi, Pyongyang menutup perbatasannya dengan China, lapor Japan Times.

RFA pada Februari melaporkan Korea Utara mengkremasi 12 orang yang meninggal karena gejala mirip virus corona.

Sementara itu, tidak diketahui secara pasti seberapa maju Korea Utara dalam program vaksinasinya.

Pada bulan Maret, dilaporkan vaksinasi akan dimulai dengan hampir dua juta vaksin AstraZeneca yang disumbangkan melalui program COVAX Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), laporan media VOA.

Tetapi kemudian pada bulan Juli, Reutersmelaporkan bahwa Korea Utara telah menolak pengiriman yang direncanakan itu karena risiko pembekuan darah dari vaksin.

Sementara Rusia telah menawarkan vaksin ke Korea Utara, tidak diketahui apakah vaksin itu sudah dikirimkan atau belum.

Sumber : KOREA NOW, NORTH KOREA NOW, RFA, VOA, Japan Times

Loading

You cannot copy content of this page