Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW) Taiwan, Chen Shih-chung dalam konferensi pers yang digelar pada hari Senin (5/7/2021) mengatakan bahwa orang-orang di Taiwan tidak akan menerima dosis kedua dari vaksin Moderna COVID-19 dalam periode 28 hari, seperti yang direkomendasikan karena negara tersebut memiliki persediaan yang terbatas.
Menurut Chen, fokus utama otoritas Taiwan saat ini adalah untuk memperluas cakupan vaksinasi COVID-19 seluas mungkin.
Lebih lanjut, kata Chen, penelitian menunjukkan bahwa vaksin Moderna lebih efektif jika interval antara dua suntikan setidaknya enam minggu.
Mengenai pertanyaan tentang berapa lama orang di Taiwan mungkin harus menunggu suntikan Moderna kedua mereka, Chen tidak memberikan batas waktu tertentu.
Ia hanya mengatakan bahwa pemberian vaksin COVID-19 Moderna dosis kedua akan lebih dari 28 hari seperti yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Tujuan utama saat ini adalah untuk memungkinkan lebih banyak orang menerima dosis pertama, vaksin COVID-19 sehingga komunitas kita dapat terlindungi dengan lebih baik, kata Chen.
WHO merekomendasikan interval 28 hari antara suntikan dosis pertama dan kedua vaksin corona Moderna.
Akan tetapi WHO mengatakan batas waktu pemberian dosis kedua juga dapat diperpanjang hingga 12 minggu dalam keadaan tertentu.
Untuk negara-negara yang belum mencapai tingkat cakupan vaksin yang tinggi dalam kelompok prioritas tinggi yang mengalami lonjakan kasus COVID-19 dan memiliki kendala pasokan vaksin corona, maka intervalnya dapat diperpanjang hingga 12 minggu, kata WHO.
Taiwan menerima gelombang pertama vaksin Moderna, yang terdiri dari 150.000 dosis vaksin pada tanggal 28 Mei 2021 lalu dan mulai diluncurkan ke masyarakat pada tanggal 9 Juni 2021.
Pemerintah Taiwan kemudian menerima 2,74 juta dosis vaksin Moderna pada Juni 2021, dimana sebanyak 240.000 dosis vaksin Moderna itu dibeli langsung dari pabrikan di Amerika dan 2,5 juta dosis vaksin Moderna disumbangkan oleh pemerintah Amerika Serikat.
Dalam konferensi pers yang digelar pada hari Senin, Chen mengatakan bahwa setelah pengiriman 2,74 juta dosis vaksin Moderna baru-baru ini telah diberikan, sebagian besar orang di Taiwan yang dianggap berisiko tinggi untuk COVID-19 akan menerima setidaknya satu suntikan.
Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) Taiwan mengatakan bahwa pihaknya akan dapat memperluas kelayakan untuk orang dewasa dan individu yang berusia lebih muda untuk mendapatkan vaksin COVID-19.
Putaran kedua distribusi vaksin Moderna ke pemerintah daerah, yang terdiri dari 893.900 dosis vaksin COVID-19 dilakukan pada hari Senin, kata Chen. Ia menambahkan bahwa alokasi vaksin corona ini didasarkan pada populasi lansia di setiap kota dan kabupaten di Taiwan.
Taiwan telah menandatangani kontrak untuk membeli sekitar 20 juta dosis vaksin corona dari luar negeri, termasuk 5,05 juta dosis vaksin Moderna, 10 juta dosis vaksin AstraZeneca dan 4,76 juta merek tidak ditentukan melalui program COVAX.
Hanya sekitar 1,5 juta dosis yang telah dikirimkan hingga saat ini, tetapi Taiwan juga telah menerima sumbangan 2,5 juta dosis vaksin Moderna dari AS dan 1,24 juta dosis vaksin AstraZeneca dari Jepang.
Pemerintah Taiwan dikabarkan juga telah menandatangani kontrak untuk membeli 10 juta dosis vaksin corona dari dua produsen vaksin lokal di Taiwan.
Hingga Senin pukul 10 pagi, sekitar 2,47 juta orang di Taiwan, atau 10,5 persen dari 23,5 juta penduduknya, telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin COVID-19.
Hanya 46.461 orang, terhitung sekitar 0,2 persen dari populasi di Taiwan telah divaksinasi penuh, menurut data statistik CECC Taiwan.
Sumber : 衛生福利部疾病管制署, CNANews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan