Indonesia tengah menghadapi krisis gelombang kedua (second wave) lonjakan kasus COVID-19. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut gelombang kedua saat ini lebih parah dari yang pertama kali.
“Minggu lalu, Indonesia mencatatkan angka kasus positif harian yang sangat tinggi, bahkan mencetak rekor baru yaitu kasus harian tertinggi selama pandemi, bertambah 21.345 kasus dalam satu hari. Hal ini menandakan gelombang kedua kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia,” kata Wiku dalam keterangannya, Senin, 29 Juni 2021.
Wiku menjelaskan, gelombang pertama terjadi di Januari 2021. Jumlah kasus mingguan mencapai 89.902 kasus. Kenaikan dari titik kasus terendah sebesar 283 persen dan memuncak dalam waktu 13 minggu.
Sedangkan pada puncak kedua ini, jumlah kasus mingguan jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 125.396 kasus. Kenaikan dari titik kasus terendah mencapai 381 persen atau hampir 5 kali lipatnya dan mencapai puncak hanya dalam waktu 6 minggu.
“Padahal, Indonesia sempat mengalami penurunan kasus sejak puncak pertama yaitu selama 15 minggu dengan total penurunan hingga 244 persen,” ungkap Wiku.
Wiku menuturkan, lonjakan kasus gelombang kedua terjadi akibat masih banyak masyarakat yang mudik lebaran meski telah dilarang. Selain itu, munculnya varian baru COVID-19 ikut memperparah kondisi karena mampu menular dengan lebih cepat.
Kondisi-kondisi yang merupakan dampak periode libur panjang ini terlihat hingga minggu keenam setelah Hari Raya Idulfitri dan kemungkinan masih akan terlihat hingga minggu kedelapan.
“Kenaikan yang mulai terjadi satu minggu pascaperiode libur lebaran menunjukkan dampak yang ditimbulkan akibat libur panjang ternyata dapat terjadi sangat cepat,” jelas Wiku.
“Awalnya, kenaikan terlihat normal dan tidak terlalu signifikan. Namun, memasuki minggu ke-4 pascaperiode libur, kenaikan meningkat tajam dan berlangsung selama tiga minggu hingga mencapai puncak kedua di minggu terakhir,” tambahnya.
Empat provinsi berkontribusi terbesar dalam lonjakan kasus
Wiku menyebut DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur menjadi empat provinsi terbesar dalam lonjakan kasus COVID-19, baik gelombang pertama maupun gelombang kedua.
Sementara, satu provinsi yang berkontribusi besar pada kenaikan kasus COVID-19 gelombang pertama, yakni Sulawesi Selatan, digantikan oleh DI Yogyakarta pada gelombang kedua.
“Masyarakat, terutama di provinsi ini harus berkontribusi dalam menekan lonjakan kasus COVID-19. Upaya penanganan adalah upaya kolektif. Untuk itu, inisiatif masyarakat dalam menekan dan mengendalikan kasus menjadi sangat penting,” jelas Wiku.
Sumber : KOMPASTV
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’