Pekan ini masyarakat Taiwan dikejutkan dengan insiden meninggalnya seorang bayi dari seorang wanita yang baru divaksin corona.
Menanggapi hal ini, seorang dokter dalam konferensi pers yang digelar pada hari Selasa (22/6/2021) mengatakan bahwa kematian bayi berusia dua bulan pada hari Senin (21/6/2021) kemungkinan besar disebabkan oleh sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
Tidak ada negara di dunia dimana vaksin COVID-19 dianggap tidak aman untuk wanita menyusui, kata Lee Ping-ing, kepala Komite Penasihat Taiwan untuk Praktik Imunisasi.
Lee mengungkapkan hal ini setelah ibu bayi yang meninggal mengatakan kepada media bahwa dia curiga bahwa ASI-nya telah terkontaminasi oleh vaksin yang telah membunuh bayinya.
Wanita itu mengatakan ketika dia pergi untuk memeriksa bayi berusia dua bulan pada pukul 3 pagi hari Selasa, empat jam setelah menyusuinya, bayi itu memiliki busa dan darah di bibirnya. Malangnya, bayi itu dinyatakan meninggal saat tiba di rumah sakit.
Lee, seorang spesialis penyakit menular, mengatakan kepada CNANews bahwa vaksin COVID-19 disuntikkan ke dalam otot untuk merangsang respons kekebalan terhadap penyakit tersebut, dan vaksin tersebut tidak mencemari ASI wanita itu.
Mengekspresikan pendapat serupa, Huang Li-ming, kepala Departemen Pediatrik di Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan, mengatakan sangat kecil kemungkinan kematian bayi itu disebabkan oleh kontaminasi vaksin terhadap ASI yang diberikan ibu itu kepada bayinya.
Dalam kasus seperti itu, dimana kematian mendadak dan tidak dapat dijelaskan terjadi pada anak di bawah satu tahun, SIDS kemungkinan besar menjadi penyebabnya, kata Huang. Ia menambahkan bahwa otopsi akan diperlukan untuk memverifikasi penyebab kematian korban.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW) Taiwan, 23 dari 165.249 bayi yang lahir di Taiwan pada tahun lalu meninggal karena SIDS.
Pada tahun 2019 kematian bayi akibat SIDS mencapai 24 kasus dari 175.074 jumlah kelahiran bayi di Taiwan.
Sedangkan pada tahun 2018, kejadian SIDS serupa mencapai 22 kasus dari 181.601 total kelahiran bayi di negeri Formosa, menurut data Depkes Taiwan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan vaksin COVID-19 AstraZeneca dapat diberikan kepada wanita menyusui, dan tidak merekomendasikan penghentian aktivitas menyusui setelah vaksinasi.
Ibu bayi, bermarga Su mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa (22/6/2021) bahwa dia telah menerima suntikan vaksin COVID-19 AstraZeneca dosis pertama pada hari sebelumnya, setelah mengonfirmasi dengan dokter di stasiun vaksinasi bahwa vaksinasi itu aman untuk wanita menyusui.
Su mengatakan dia berada dalam daftar prioritas vaksinasi karena pekerjaannya yang berisiko tinggi di Kantor Layanan Kamar Mayat di Kotapraja Huwei, Kabupaten Yunlin.
Berbicara kepada wartawan, Su mengatakan dia curiga bahwa kematian mendadak bayinya terkait dengan vaksin AstraZeneca, oleh karena itu, dia telah melaporkannya ke polisi dan kepala kotapraja Huwei mengenai kasus ini.
Menyusul laporan ke polisi, Kantor Kejaksaan Distrik Yunlin mengatakan pada hari Selasa bahwa temuan awal menunjukkan bahwa bayi itu meninggal karena asfiksia, atau kekurangan oksigen, yang disebabkan oleh susu yang masuk ke saluran pernapasannya.
Namun, berdasarkan keluhan ibu, otopsi akan dilakukan, dan tes akan dilakukan pada sampel susu bubuk dan ASI yang diberikan kepada bayi, kata jaksa.
Sumber : 三立LIVE新聞, udn video, CNANews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan