Di tengah merebaknya infeksi cluster corona di kalangan pekerja migran pabrik di Miaoli dan ratusan buruh migran diisolasi di asrama pekerja, timbul isu yang mengejutkan.
Seorang pendeta Katolik, Chen Zhiren yang membantu pekerja migran di Miaoli mengatakan bahwa pihak perusahaan atau pabrik tidak menyediakan akomodasi yang sesuai protokol kesehatan yang ditetapkan oleh Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) Taiwan.
Menurut Chen, di lapangan ditemukan bahwa 2 hingga 3 pekerja migran ditempatkan dalam ruangan yang sama.
Lalu terdapat pula kondisi dimana pekerja migran yang positif corona dicampur dan tinggal bersamaan dengan pekerja migran lainnya yang dinyatakan negatif COVID-19.
Chen mengatakan bahwa ia sangat khawatir bahwa akan timbul infeksi cluster yang baru dari penularan wabah corona di antara pekerja migran yang bekerja di pabrik-pabrik di Miaoli akibat kondisi tersebut.
Chen Zhiren mengatakan bahwa dalam proses pendampingan pekerja migran, masalah penyediaan akomodasi yang layak dan kondisi isolasi pekerja migran adalah masalah yang paling serius.
Beberapa pekerja migran bahkan tidak memiliki kasur atau tempat tidur sehingga harus mencari akal yakni mengganti kasur dengan selimut. Ia mencontohkan, sejak awal para pekerja migran ini dikarantina di asrama, banyak masalah lingkungan yang muncul. Ia juga membantu buruh migran melakukan protes kepada pemilik pabrik.
Chen Zhiren menyebutkan bahwa demi menerpakan langkah pencegahan epidemi, pemilik pabrik mengisolasi pekerja migran, tetapi pemilik pabrik menempatkan sejumlah pekerja migran dalam satu ruang bersamaan.
Selain itu Chen curiga bahwa sebelum ditempatkan di asrama, pemilik pabrik diduga tidak melakukan desinfeksi yang tepat di area asrama.
Hal ini terbukti dari saat pekerja migran pindah ke asrama, kamar yang akan ditempati masih berantakan dan banyak pakaian dan kebutuhan sehari-hari belum dipilah dan dibawa pergi.
Ia juga menuding saat anggota CECC Taiwan masuk ke asrama untuk menguji kualitas asrama pekerja migran, pihak pabrik KYEC memberikan foto yang tidak sesuai fakta agar lolos dari denda.
Chen Zhiren mengatakan bahwa selain kebutuhan untuk memperbaiki lingkungan hidup, pekerja migran sering mengeluh kepadanya tentang kualitas makanan yang buruk, kadang-kadang kekurangan air panas, dan bahkan sampah tidak dibersihkan setiap hari.
Beberapa dari pekerja migran yang diisolasi di asrama mengatakan bahwa sampah di tempat mereka tinggal dibiarkan bertumpuk hingga 4 sampai 5 hari. Hal ini tentu saja mengganggu kenyamanan para pekerja migran yang tengah menjalani isolasi COVID-19, ungkap Chen.
Selain itu, Chen Zhiren juga mengatakan bahwa, secara logis, jika karantina akan diterapkan seharusnya satu orang, satu kamar, dan peralatan kamar mandi mandiri.
Namun, pemilik usaha mengisolasi para pekerja migran di asrama, tetapi tetap mengatur dua atau tiga pekerja migran untuk tinggal bersama di satu kamar tidur. Ia mempertanyakan bahwa ketika pekerja migran dikarantina, sebagian kecil dari mereka sudah terskrining positif, tetapi mereka masih ditempatkan di tempat yang sama dengan pekerja migran lain yang mungkin menjadi salah satu alasan selalu bermunculan kasus baru dari infeksi cluster corona di kawasan tersebut.
Chen mengatakan bahwa kondisi pencampuran tempat tinggal pekerja migran yang positif COVID-19 dengan yang tidak dapat memperburuk epidemi wabah corona di Taiwan.
Chen Zhiren mengatakan bahwa dia juga telah melaporkan situasi ini ke Badan Imigrasi dan pemilik pabrik KYEC, Chen berharap agar hal ini dapat diperbaiki namun sejauh ini ia mengatakan bahwa ia belum menerima tanggapan dari kedua belah pihak.
Ia juga bertanya kepada agensi pekerja migran dan pemilik pabrik KYEC, apakah mereka memperhatikan situasi para pekerja migran atau menawarkan bantuan kepada para pekerja migran ketika mereka mengalami kesulitan, jawabannya tidak.
Sumber : 三立LIVE新聞, UDNNews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan