Sekelompok peneliti di Taiwan dan Inggris telah menemukan antibodi untuk wabah COVID-19 yang dapat digunakan untuk mengembangkan obat bagi pasien yang positif terserang wabah virus corona, ungkap seorang profesor di Universitas Chang Gung (CGU) dalam konferensi pers yang digelar pada hari Kamis (28/05/2020).
Antibodi ini memiliki kemampuan untuk mencegah SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, memasuki sel tubuh manusia dan memiliki tingkat efektivitas hingga 90% sampai dengan 98%, kata Shih Shin-ru, direktur dari Pusat Penelitian untuk Infeksi Virus di CGU.
Shih menjelaskan bahwa agar virus dapat menginfeksi tubuh, virus tersebut harus berintegrasi dengan protein yang menempel pada permukaan sel manusia yang disebut angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2).
Antibodi yang ditemukan oleh tim peneliti ini dapat mencegah proses ini terjadi, sehingga berhasil menghalangi virus tersebut menginfeksi tubuh pasien, kata Shih.
Antibodi, yang diisolasi dari pasien COVID-19, telah efektif melawan variasi regional dari virus corona yang ditemukan di China, Amerika Serikat, Eropa dan Mesir dalam tes uji coba ke sel tubuh manusia.
Karena dinilai efektif dalam mencegah seseorang terpapar virus corona, tim peneliti ini sekarang berencana menggunakan antibodi tersebut untuk mengembangkan pengobatan yang lebih efektif bagi pasien COVID-19.
Menurut Shih, obat-obatan yang terbuat dari antibodi biasanya lebih aman dan lebih sedikit menimbulkan efek samping karena dibuat dari antibodi yang diproduksi secara alami oleh tubuh manusia.
Tim peneliti tersebut berencana untuk bertemu dengan produsen yang akan memproduksi pengobatan pasien corona pada bulan Juni mendatang dan akan melakukan uji coba obat tersebut terlebih dahulu sebelum masuk ke produksi massal, kata Shih.
Jika semuanya berjalan dengan baik, obatnya bisa dipasarkan pada akhir tahun, kata Shih.
Meskipun antibodi telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam pengujian sel manusia, Shih mengatakan bahwa belum ada uji klinis yang dilakukan, sehingga masih belum pasti bagaimana kinerjanya pada pasien COVID-19.
Tim di belakang proyek ini terdiri dari para peneliti dari Universitas Chang Gung Taiwan, Rumah Sakit Chang Gung Memorial, Academia Sinica dan Institusi pengobatan dari Pusat Pengobatan Nasional dan juga Universitas Oxford di Inggris.
Sumber : 民視新聞網 Formosa TV News network, Yahoo News, CNANews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan