Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, saat ini ada kenaikan atau lonjakan kasus Covid-19 di negara-negara seperti Eropa dan Asia khususnya Filipina, Papua Nugini, Amerika Selatan, India Cile dan Brasil.
Saat ini, India sedang menghadapi situasi kritis dan darurat kembali karena lonjakan kasus pasca festival agama dan unjuk rasa Pemilu.
Menkes Budi menegaskan masyarakat saat ini mulai mengabaikan protokol kesehatan. Dan juga euforia vaksinasi membuat masyarakat semakin lengah.
“Dan jangan sampai program vaksinasi ini membuat kita tidak waspada. Kala usaha keras kita selama ini sia-sia jika lonjakan terjadi karena kita lupa kurang waspada,” kata Menkes Budi secara daring, Minggu (18/4).
Menkes Budi menjelaskan ada potensi Indonesia bisa menjadi seperti India. Sedikitnya ada tiga hal yang menjadi pemicu.
“Vaksinasi rendah. Protokol kesehatan sudah lupa semua. Dan adanya mutasi virus,” katanya.
“Indonesia juga seperti itu. India sudah izinkan acara keagamaan di sungai Gangga. Itu yang bikin kena mutasi B117 India sudah banyak,” kata Menkes Budi.
“Selama kita jaga prokesnya, kita bisa selamat,” jelasnya.
Menurutnya, Indonesia banyak kesamaan dengan India. Apalagi nanti Indonesia akan menghadapi Lebaran dan mudik.
“Kecuali B117 di Indonesia masih sedikit. Untuk vaksinasi juga sama kayak India kan, masih sedikit. Makanya jangan mudik dulu. Kumpul boleh, tapi jangan buka bersama. RS kini jumlah pasien mulai flat, namun sebagian sudah mulai ada yang naik lagi,” katanya.
Sebelumnya dalam laporan Global News, Senin (19/4), India melaporkan rekor peningkatan kasus harian Covid-19 sebanyak 234.692 kasus selama 24 jam terakhir. Itu adalah rekor kenaikan harian kedelapan dalam sembilan hari terakhir.
Total kasus di India kini mencapai hampir 14,5 juta, posisi kedua setelah Amerika Serikat yang telah melaporkan lebih dari 32 juta infeksi. Kematian India akibat Covid-19 naik 1.341 menjadi total 175.649.
Ibu kota India, New Delhi, mencatat 24 ribu kasus virus Korona dalam periode 24 jam. Akibatnya kondisi India kini darurat karena menghadapi kekurangan akut tempat tidur rumah sakit.
Lonjakan itu dipicu ratusan ribu pertapa dan umat Hindu yang taat berkumpul selama beberapa hari di sepanjang tepi Sungai Gangga untuk festival keagamaan Kumbh Mela.
Padahal salah satu pemuka agama Swami Avdheshanand mengimbau umat untuk tidak berkumpul dalam jumlah besar.
Sumber : CNBC Indonesia, Jawa Pos
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’