Dewi Soekarno Bantu Rekonstruksi Gempa di Hualien 

Taipei, 30 Juni (CNA) Dewi Soekarno, istri mendiang Presiden Indonesia pertama Soekarno, mengunjungi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Hualien pada hari Sabtu (29/6) untuk menyumbangkan dana amal dan meninjau kemajuan rekonstruksi gempa, mengapresiasi persiapan yang dilakukan dan mengatakan akan membawa informasi terkait ke Jepang untuk dipelajari.

Ratna Sari Dewi Sukarno, yang berusia 84 tahun tahun ini, lahir di Tokyo, Jepang dengan nama asli Naoko Nemoto. Ia menikah dengan Sukarno pada tahun 1962. Setelah Soekarno wafat, Dewi sempat pindah ke luar negeri sebelum akhirnya kembali dan menetap di Jepang. Kini, ia aktif dalam lingkaran sosial Jepang.

Dewi tiba di Taiwan dari Tokyo pada Sabtu pagi dengan pesawat dan langsung menuju Pemerintah Kabupaten Hualien untuk bertemu dengan Bupati Hsu Chen-wei (徐榛蔚).

Dewi mengatakan, Jepang menerima banyak bantuan dari Taiwan saat gempa bumi 311, dan kali ini ia secara khusus datang untuk menyumbangkan 10 juta yen Jepang (Rp 1,019 miliar) sebagai bantuan bencana gempa 0403, dengan harapan para korban bencana bisa segera kembali pulih ke kehidupan normal.

Dewi mengatakan bahwa setelah gempa terjadi, ia melihat tenda-tenda dengan sekat didirikan di tempat penampungan gempa di Hualien, dan merasa sangat terkesan dengan fasilitas penampungan yang disediakan dalam situasi darurat seperti itu.

Dewi juga menceritakan bahwa tiga bulan lalu ia mengunjungi daerah bencana gempa di Semenanjung Noto, Jepang, dan para korban gempa masih tinggal di gimnasium dengan hanya menggunakan kotak kardus sebagai pembatas. Dewi menambahkan bahwa kehidupan tanpa privasi sangat sulit, dan ia berharap Jepang bisa belajar dari Taiwan.

Hsu juga menjelaskan bahwa tenda tersebut dikembangkan oleh Yayasan Tzu Chi, dengan tempat tidur lipat yang terbuat dari botol plastik daur ulang dan bahan plastik lainnya.

Hsu menambahkan, di pusat penampungan juga terdapat sistem administrasi kependudukan dan penyedia layanan telekomunikasi yang menyediakan layanan penggantian dokumen.

Gedung-gedung yang roboh juga segera dibongkar untuk mempercepat kembalinya kehidupan normal bagi masyarakat, Hsu menyampaikan.

Dewi mengatakan bahwa Jepang sering dilanda gempa namun tidak memiliki persiapan seperti ini, dan dalam hal ini memang tertinggal dari Taiwan. Ia pun menyatakan akan membawa pulang berbagai informasi yang ia terima untuk dipelajari lebih lanjut.

Sumber : Focus Taiwan

Loading

You cannot copy content of this page