Tagihan rumah sakit bisa menjadi beban yang berat bagi sebagian orang. Beberapa bahkan harus rela menjual barang berharga untuk menutupi biaya rumah sakit.
Namun kisah pilu dialami oleh pasangan suami istri yang harus menjual bayinya karena tidak mampu membayar biaya rumah sakit.
Dilaporkan situs berita lokal Malaysia, Kosmo, pasangan suami istri asal Indonesia menjual bayi laki-lakinya yang baru lahir seharga RM 4000 atau sekitar Rp 13 juta karena menghadapi kesulitan akibat pandemi COVID-19.
Pasangan yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat ini baru berusia 20 tahunan ini diberitakan tidak memiliki cukup uang untuk merawat bayi.
Mereka memutuskan untuk ‘menjual’ bayi mereka yang baru lahir untuk membayar tagihan di Rumah Sakit Sultan Haji Ahmad Shah di Temerloh, Malaysia.
Pasangan itu juga disebutkan tidak bekerja dan terbebani ketika rumah kontrakan mereka di Karak kebanjiran tahun lalu.
Keputusan mereka untuk menjual bayi itu menarik perhatian pasangan yang belum memiliki anak sejak menikah sembilan tahun lalu. Mereka membaca tentang pasangan asal Indonesia dan situasi mereka kemudian mengungkapkan keinginan mereka untuk mengadopsi anak.
Meski semua tampak ‘mudah’, situasi menjadi rumit ketika terungkap bahwa bayi tersebut tidak dapat didaftarkan sebagai anak angkat karena persyaratan Departemen Pencatatan Nasional (JPN) bahwa ibu kandung harus hadir untuk dokumentasi.
Sayangnya, pasangan Indonesia itu sudah tidak bisa dihubungi lagi dan juga sudah pindah dari rumah kontrakan mereka di Karak.
Menurut ibu angkat yang akrab disapa Hasnah itu, pasangan asal Indonesia tersebut tak bisa dihubungi sejak bayinya diserahkan.
“Kami kehabisan akal tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya, karena kami membutuhkan ibu kandung untuk mendaftarkan bayi sebagai anak angkat yang sah. Kita perlu melakukan ini untuk masa depan sang anak,” beber Hasnah.
Hasnah berharap agar orang tua kandung bayi segera menghubungi mereka untuk menyelesaikan proses pendaftaran.
“Semua yang diminta NRD sudah kami lakukan, termasuk vaksinasi dan upaya melacak ibu kandung bayi tersebut. Sampai saat ini kami masih buntu,” kata Hasnah.
Sumber : World of Buzz
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’