Otoritas Taiwan telah memperketat pemeriksaan di perbatasan dan meningkatkan inspeksi vendor lokal dan peternakan babi sebelum liburan Tahun Baru Imlek dalam upaya untuk mencegah penyebaran wabah demam babi Afrika (ASF), kata kepala Dewan Pertanian (COA) Taiwan, Chen Chi-chung pada hari Rabu (5/1/2022).
Pihak kantor pos Taiwan, Chunghwa Post Co. dan lembaga pemerintah bekerja sama untuk meningkatkan pemeriksaan atas paket yang dikirim dari luar negeri sebelum 29 Januari hingga tanggal 6 Februari 2022 dimana masa liburan Tahun Baru Imlek tiba.
Periode ini diduga menjadi musim puncak untuk pemberian hadiah, baik melalui pelancong yang memasuki Taiwan atau pesanan online, menurut Pusat Operasi Darurat Sentral (CEOC) Taiwan.
Sebelumnya, pada tahun 2021, Taiwan menemukan bangkai babi yang dites positif terkena virus ASF yang sangat menular di pantai-pantai di kota New Taipei dan daerah kepulauan Kinmen.
Hasil investigasi pihak berwenang menunjukkan bahwa wabah demam babi Afrika juga ditemukan dalam paket daging impor yang dikirim dari Thailand dan produk daging babi selundupan dari Vietnam, kata Chen dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah pertemuan CEOC yang dia pimpin pada hari Rabu.
Secara lokal, Administrasi Pangan dan Obat-obatan (FDA) Taiwan dan Biro Inspeksi dan Karantina Kesehatan Hewan dan Tumbuhan (BAPHIQ) Taiwan juga sedang memeriksa lebih dari 500 vendor untuk menentukan apakah produk daging yang mereka jual menimbulkan risiko terhadap upaya pencegahan penyakit ASF di negeri Formosa, kata Chen.
Sementara jumlah produk daging babi yang dibawa secara ilegal oleh para pelancong turun dari 89 kilogram pada tahun 2010 menjadi 37,5 kilogram pada tahun 2021, namun jumlah barang terlarang yang ditemukan dalam paket yang dikirim dari luar negeri meningkat, tambah Chen.
Produk daging babi ilegal yang ditemukan dalam paket tersebut naik dari 230,3 kg pada tahun 2010 menjadi 547,2 kg pada tahun 202.
Sementara yang terdeteksi dalam paket ekspres melonjak dari 66,2 kg pada tahun 2010 menjadi 443,2 kg pada tahun 2021, menurut Chen.
Data statistik BAPHIQ Taiwan menunjukkan bahwa pada bulan Desember 2021 lalu, 64 paket ditemukan mengandung produk daging babi, dengan 14 paket diantaranya dinyatakan positif virus demam babi Afrika.
Dari Paket-paket tersebut, 12 diantaranya berasal dari China dan 2 dari Thailand, menurut penyelidikan CEOC Taiwan.
CEOC Taiwan didirikan pada bulan Desember 2018 untuk mencegah wabah penyakit menular dan berbahaya memasuki wilayah negeri Formosa.
Pusat tersebut mengatakan bahwa sejak Oktober lalu pihaknya telah memeriksa 2.147 peternakan babi skala kecil di Taiwan yang memelihara kurang dari 200 babi dan menemukan 6 pelanggaran.
Dimana pemilik peternakan menggunakan limbah dapur sebagai pakan ternak yang merupakan tindakan yang dilarang oleh Dewan Pertanian Taiwan.
Chen mengimbau masyarakat untuk tidak membeli atau memesan produk daging babi dari Asia Tenggara, karena beberapa negara di kawasan itu, termasuk Vietnam, Malaysia, dan Timor-Leste, telah melaporkan kasus demam babi Afrika ke Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WHO) dalam beberapa tahun terakhir.
Selain itu, masyarakat harus berhati-hati jika menerima paket berisi produk babi yang tidak diketahui asalnya. Paket-paket tersebut harus diserahkan ke Biro Inspeksi dan Karantina Kesehatan Hewan dan Tumbuhan atau pihak berwenang setempat untuk dibuang sesuai dengan prosedur yang berlaku, kata CEOC Taiwan.
Vendor dan operator platform e-commerce memiliki kewajiban untuk memastikan barang yang dijual terdaftar secara online tidak mengandung produk hewani asing yang dilarang di Taiwan, kata CEOC Taiwan.
Kementerian Tenaga Kerja (MOL) Taiwan menekankan kepada pekerja migran yang menerima paketan produk daging dari teman atau keluarga, segera menyerahkan barang tersebut ke otoritas karantina hewan untuk dimusnahkan. Bagi mereka yang melanggarnya akan dikenakan denda hingga NT$ 150.000.
MOL Taiwan mengatakan bahwa jika seorang pekerja migran sudah terkena sanksi hukuman ini pada saat yang sama depnaker juga akan mencabut izin kerjanya dan pekerja migran tersebut akan segera dideportasi setelah menyelesaikan hukumannya.
Kementerian Tenaga Kerja Taiwan mengimbau supaya majikan mengingatkan pakerja migran mereka agar tidak mengimpor produk daging dari luar negeri atau jangan membeli produk daging yang tidak jelas asalnya secara online.
MOL Taiwan juga mendesak pekerja migran untuk tidak meminta kiriman daging olahan baik itu dari teman, kerabat maupun keluarga dari negara asal.
Kementerian Tenaga Kerja Taiwan mengatakan, siapapun yang melanggar peraturan ini bisa dikenakan sanksi hukuman penjara maksimal 7 tahun dan denda maksimum hingga NT$ 3 juta.
Kemenaker juga mendesak agar majikan atau agensi mengingatkan pekerja migran untuk memperhatikan hal tersebut dan tidak melanggar peraturan pencegahan penyebaran wabah ASF di Taiwan.
Sumber : 民視新聞網 Formosa TV News network, 公視新聞網, UDNNews, CNANews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan