Desy Noor Anggraeni divonis menderita kanker nasofaring sejak November 2019. Saat itu, perempuan asal Kuningan, Jawa Barat, sedang bekerja sebagai buruh migran di Taiwan.
Saat dirawat di rumah sakit dan menjalani biopsi, dia dibantu oleh komunitas Buruh Migran Indonesia (BMI) yang ada di Taiwan.
“Namun ada data yang tidak sinkron, sehingga ada pengurusan ulang untuk identitas. Termasuk BPJS yang ternyata di Salatiga ini,” jelasnya, Rabu (10/11/2021).
Setelah kembali ke Indonesia pada Agustus 2020, Desy indekos di daerah Grogol, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah. Dia fokus untuk menjalani pengobatan.
“Awalnya dirawat di RSUD Salatiga di Jalan Osamaliki. Namun kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Ken Saras,” terangnya.
Di RS Ken Saras, Desy menjalani kemoterapi seminggu tiga kali. “Termasuk juga perawatan lain, misal untuk mendapat obat nyeri dan lainnya. Konsultasi juga dengan dokter,” paparnya.
Dari hasil diagnosa terbaru, kata Desy, dia harus menjalani pengobatan dari awal. Karena kankernya sudah menyebar ke getah bening.
“Sudah speechless, tapi tetap harus semangat demi anak-anak. Saya sempat lumpuh, ini sekarang juga menjalani pengobatan herbal, tapi rutin konsultasi dengan dokter dari RS Ken Saras untuk check up,” ungkap Desi.
Anak Desy yang pertama saat ini kuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Sementara anak kedua, masih kelas IV sekolah dasar dan berada di Kuningan bersama neneknya.
“Kalau suami dulu kerja di Madura, namun karena saya sakit dan butuh perawatan ekstra, akhirnya ikut di Salatiga,” jelasnya.
Dengan kondisinya saat ini, perawatannya tidak boleh terlambat sehingga dia selalu didampingi suaminya.
Untuk memenuhi kebutuhannya selama di Salatiga, baik untuk berobat maupun kebutuhan sehari-hari, Desy dan suaminya membuat kerajinan tangan. “Hasilnya juga buat anak-anak. Cukup gak cukup, ya harus cukup,” kata Desy.
Kerajinan yang dibuat Desy dan suaminya adalah aksesoris dan souvenir interior. “Termasuk juga buket bunga, harga jualnya Rp 18.000 hingga Rp 180.000. Untuk promosi kami mengandalkan WA dan media sosial,” ujarnya.
Sumber : Kompas
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’