Kementerian Tenaga Kerja (MOL) Taiwan berencana untuk menerapkan program percontohan mulai tahun depan yang menawarkan layanan satu atap untuk membantu memperkenalkan pekerja rumah tangga asing ke Taiwan.
Layanan terpadu satu atap merupakan layanan pekerja migran Indonesia yang selenggarakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara terkoordinasi dan terintegrasi, penerapan dari layanan terpadu satu atap penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia di negeri Formosa bertujuan untuk mempermudah proses perekrutan pekerja migran dan diharapkan dapat memberikan perlindungan yang lebih baik bagi pekerja migran asing di Taiwan.
Skema, yang berlaku untuk pengasuh migran dan pembantu rumah tangga ini bertujuan untuk merampingkan pekerjaan administrasi yang relevan sambil membantu para pekerja migran beradaptasi dengan kehidupan di Taiwan, menurut Badan Pengembangan Tenaga Kerja (WDA) Taiwan.
Saat ini, agensi atau calo pekerja migran diharuskan melalui serangkaian prosedur untuk mempekerjakan pekerja migran di negeri Formosa.
Mereka harus mendapatkan izin kerja dan mengajukan permohonan sertifikat penduduk untuk pekerja migran asing serta mengatur berbagai jenis asuransi untuk pekerja migran yang akan direkrut bekerja di Taiwan dalam kurun waktu 15 hari setelah tiba di Taiwan.
Selain mengurangi kerumitan bagi majikan, program baru ini juga akan mencakup penjemputan pekerja migran asing di bandara dan memperkenalkan mereka dengan pengetahuan hukum yang dibutuhkan untuk bekerja dan tinggal di Taiwan melalui kursus tiga hari yang juga menyediakan akomodasi dan makan bagi para pekerja migran, laporan CNANews.
Karena saat ini pekerja migran yang baru tiba di Taiwan hanya diberi penjelasan singkat selama 30 menit di bandara saat baru tiba di Taiwan mengenai aturan ketenagakerjaan di Taiwan.
Kursus ini akan mencakup topik-topik seperti peraturan lalu lintas, praktik perlindungan hewan, dan sumber daya untuk mendapatkan bantuan jika terjadi pelecehan seksual di tempat kerja, laporan media Liberty Times.
Program ini akan dioperasikan oleh perusahaan yang ditugaskan, menurut perencanaan awal pihak MOL Taiwan.
Dengan adanya layanan satu atap bagi pekerja migran yang bekerja di sektor rumah tangga di Taiwan diharapkan juga dapat mengurangi jumlah pengasuh migran non-prosedural atau ilegal di Taiwan dan diharapkan dapat meminimalisir kasus-kasus penganiayaan pengasuh migran oleh majikan.
Sejauh ini terdapat sebanyak 250.000 pekerja migran domestik di Taiwan yang bekerja rata-rata 10,4 jam per hari.
Komunitas pembela hak-hak pekerja migran asing di Taiwan telah mengajukan keluhan tentang kurangnya cuti, menjadi sasaran pelecehan seksual, dan bentuk-bentuk penganiayaan lainnya yang dialami oleh para pekerja migran rumah tangga di Taiwan, laporan media NOWnews.
Hal ini banyak disoroti oleh kelompok-kelompok pekerja migran asing yang berharap penanganan yang lebih baik dari MOL Taiwan.
Sumber : Liberty Times, NOWNews, China Times, CNANews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan