Pada Minggu (15/8/2021), Juru bicara Taliban urusan politik Mohammad Naeem mengatakan kepada Al Jazeera Mubasher TV bahwa perang telah usai.
Pernyataan tersebut disampaikan Naeem beberapa saat setelah Taliban memasuki ibu kota Afghanistan, Kabul. Setelah Taliban memasuki Kabul pada Minggu, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dilaporkan meninggalkan Afghanistan.
Ghani beralasan, dia ingin menghindari pertumpahan darah. Beberapa orang di media sosial mengecamnya sebagai pengecut. Jatuhnya Kabul ke tangan Taliban tak terlepas dari hengkangnya pasukan asing yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Awalnya, AS bakal menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan dengan tempo 11 September 2021. “Negeri Paman Sam” mengatakan pasukannya bakal ditarik secara bertahap mulai Mei.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Sejak saat itu, 50 dari 370 distrik di Afghanistan telah jatuh di tangan Taliban sejak Mei, saat dilanjutkannya penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Rupanya, penarikan pasukan asung maju dari jadwal. Pada awal Juni ini, lebih dari 50 persen tentara AS yang ada di Afghanistan telah dipulangkan.
Setelah itu, militer AS bungkam dan enggan memerinci lagi soal upaya penarikan pasukannya. Pada awal Juli, Kementerian Pertahanan AS mengumumkan, progres penarikan pasukannya dari Afghanistan mencapai 90 persen.
Sisanya, 10 persen pasukan AS yang ada di Afghanistan, akan dipulangkan pada akhir Agustus alias beberapa hari sebelum tenggat penarikan yakni pada 11 September.
Penarikan pasukan AS dari Afghanistan berlangsung cepat dan senyap. Bahkan, penarikan pasukan AS dari Pangkalan Udara Bagram terjadi begitu saja, tanpa ada pengumuman jauh-jauh hari sebelumnya.
Setelah mayoritas pasukan asing hengkang, Taliban secara cepat menduduki sejumlah wilayah di Afghanistan.
Mulanya, Taliban menduduki daerah-daerah pedesaan dan pinggiran Afghanistan. Setelah itu, kelompok ini mengeklaim telah merebut wilayah perbatasan penting. Beberapa negara mulai menarik diplomat dan warganya dari Afghanistan.
Pada Hari Raya Idul Adha, Taliban sejenak menghentikan serangannya. Tapi setelah itu, bertempuran kembali terjadi.
Menurut prediksi intelijen AS yang bocor, pemerintah Afghanistan bisa runtuh dalam enam bulan setelah AS menarik seluruh pasukannya dari sana.
Selama dua bulan, pertempuran antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan telah meningkat. Pada akhir Juli, Taliban diperkirakan telah menguasai hingga setengah dari seluruh wilayah.
Rusia bahkan menggelar latihan militer gabungan dengan Tajikistan dan Uzbekistan mewaspadai konflik dari Afghanistan.
Di sisi lain, Biden menegaskan dukungannya terhadap pemerintahan Ghani dan berjanji gelontorkan bantuan senilai Rp 1,4 triliun.
Pertempuran antara Taliban dan tentara Afghanistan makin intens. Sejak 29 Juli, Taliban mulai menyerang ibu kota provinsi Helmand, Lashkargah. Taliban juga menyerang badara Kandahar dengan roket.
Pada 7 Agustus, Taliban merebut ibu kota provinsi pertama mereka, Zaranj di Provinsi Nimroz. Meski di beberapa tempat mereka mendapat perlawanan sengit, Taliban terus membuat kemajuan.
Tak butuh waktu lama, dalam lima hari, kelompok pemberontak tersebut berhasil mengontrol delapan ibu kota provinsi hanya dalam kurun waktu lima hari. AS sempat membatu tentara Afghanistan dengan bantuan serangan udara.
Namun, bantuan tersebut tidaklah cukup. Bahkan, Taliban menggelar operasi untuk mengeliminasi para pilot Afghanistan di luar bandara guna melemahkan kekuatan udara Afghanistan.
Taliban telah bergerak semakin dekat untuk mengontrol penuh Afghanistan. Sejak kejatuhan ibu kota provinsi pertama ke tangan Taliban, ibu kota-ibu kota lain bertumbangan.
Karena kecepatan Taliban, dinas intelijen AS merevisi prediksi mereka bahwa Taliban dapat merebut Kabul dalam waktu 90 hari, lebih cepat dari perkiraan semula.
Hanya dalam tempo kurang dari sepekan, Taliban berhasil menduduki sembilan ibu kota provinsi di Afghanistan. Puncaknya, pada 15 Agustus, sebanyak 23 ibu kota provinsi telah berhasil direbut, dan Kabul diperkirakan akan mudah dijatuhkan.
Bahkan, para milisi Taliban berhasil mengambil alih kendali Jalalabad, kota utama di timur Afghanistan, tanpa perlawanan.
Tak butuh waktu lama setelah merebut Jalalabad, Taliban memasuki Kabul setelah merebut 23 ibu kota provinsi pada 15 Agustus. Masuknya Taliban ke Kabul disampaikan oleh seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.
Pada saat yang sama, AS sedang mengevakuasi para diplomatnya dari kedutaan besar dengan helikopter. Ghani lantas meninggalkan negaranya saat Kabul dikepung Taliban.
Ghani pergi beberapa jam setelah Taliban memerintahkan anggotanya mengepung Kabul dari pinggiran.
Setelah itu, lantas mendeklarasikan bahwa perang di Afghanistan telah berakhir. Pernyataan tersebut disampaikan Naeem beberapa saat setelah Taliban memasuki ibu kota Afghanistan, Kabul. Biden dan pejabat tinggi lainnya terkejut oleh kecepatan Taliban dalam mengambil alih Afghanistan.
Masuknya Taliban ke Kabul menandai kembali berkuasanya kelompok tersebut setelah digulingkan invasi pasukan koalisi pimpinan AS pada 2001.
Naeem berujar bahwa tidak akan ada badan diplomatik atau kantor pusat yang menjadi sasaran. Dia menuturkan, Taliban meyakinkan semua orang bahwa mereka akan memberikan keamanan bagi warga negara dan misi diplomatik.
“Kami siap untuk berdialog dengan semua tokoh Afghanistan dan akan menjamin perlindungan yang mereka perlukan,” kata Naeem.
Dia mengungkapkan, kelompok itu membuat setiap langkah secara bertanggung jawab dan ingin berdamai dengan semua orang.
Sumber : TVBS NEWS, 公視新聞網
Berita Terkait
Wabah Pneumonia di China: Rumah Sakit Penuh
Topan Khanun Tiba, Warga Korea Utara Diminta Utamakan Jaga Foto Kim Jong Un
Taiwan Mempertimbangkan Untuk Mempekerjakan Lebih Banyak Pekerja Filipina Sampai Menawarkan Tempat Tinggal Permanen!