Seorang pasien yang dinyatakan positif Covid-19 di Klaten dikabarkan meninggal dunia, padahal nyatanya masih hidup.
Pihak keluarga bahkan telah menggali liang lahat dan menyiapkan pemakaman yang bersangkutan.
Dikutip dari TribunSolo, kejadian tersebut dialami oleh S (48 tahun) warga Desa Tambongwetan, Kecamatan Kalikotes.
Saat dikonfirmasi, Camat Kalikotes, Seniwati menjelaskan bahwa insiden salah paham itu terjadi pada Sabtu (7/8/2021).
Pasien diketahui masuk ke rumah sakit pada Selasa lalu karena terpapar Covid-19 dan mempunyai penyakit penyerta.
Kemudian sekira pukul 19.00 WIB keluarga mendapatkan kabar dari dinas kesehatan bahwa S meninggal dunia.
“Memang awalnya ibu S asal Tambongwetan, masuk rumah sakit pada Selasa lalu, di ruang dahlia nomor 4,” jelasnya kepada TribunSolo.com, Rabu (11/8/2021).
“Kemudian hari sabtu jam 7 malam, mendapat kabar dari dinas kesehatan, jika ibu S meninggal dunia,” jelasnya dia.
Tim pemakaman di wilayah pasien tersebut lantas menyiapkan pemakaman.
“Karena kita tahu Ibu S terpapar covid-19, tim pemakaman kamboja sudah menyiapkan semuanya, termasuk penggalian makam,” katanya.
Namun setelah ditunggu hingg pukul 01.00 WIB dan masuk hari Minggu (8/8/2021) dini hari, jenazah tak kunjung datang.
Pihak keluarga kemudian mencoba mengonfirmasi pada rumah sakit. Ternyata, informasi bahwa S warga Tambongwetan meninggal dunia adalah kesalahpahaman. Korban yang meninggal adalah S namun dari kecamatan Bayat.
“Kemudian jam 2 pagi itu, dikonfirmasi jika yang meninggal bukan Ibu S yang dari Tambongwetan, melainkan dari Kecamatan Bayat,” ujarnya.
“Kebetulan ruang perawatannya juga sama, yakni di Dahlia, namanya sama, namun alamatnya yang berbeda,” imbuhnya.
“Kebetulan ruang perawatannya juga sama, yakni di Dahlia, namanya sama, namun alamatnya yang berbeda,” imbuhnya.
Mengetahui hal tersebut, sontak petugas pemakaman terkejut dan langsung kembali menutup makam yang telah digali.
“Makam langsung ditutup malam itu juga oleh tim kamboja, sekitar pukul 2 dini hari,” aku dia.
Sumber : Tribunnews
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’