Pemerintah Taiwan berterima kasih kepada Amerika Serikat (AS) yang telah menyetujui penjualan 40 sistem artileri Howitzer dalam kesepakatan senilai US$ 750 juta (Rp 10,7 triliun) yang akan membantu dalam mempertahankan diri dengan lebih baik melawan potensi invasi China.
Seperti dilansir AFP, Kamis (5/8/2021), Kementerian Luar Negeri Taiwan menyebutnya sebagai penjualan senjata terbesar pertama yang diumumkan sejak Presiden Joe Biden menjabat pada Januari tahun lalu.
Disebutkan juga bahwa persenjataan itu akan membantu Taiwan ‘menjaga pertahanan diri yang kokoh dan perdamaian serta stabilitas kawasan’.
“Berhadapan dengan ekspansi militer dan provokasi China yang terus berlanjut, pemerintahan kami akan meningkatkan pertahanan dan keamanan nasional dengan tekad yang teguh untuk membela kehidupan rakyat dan cara hidup kami yang bebas dan demokratis,” tegas Kementerian Luar Negeri Taiwan.
Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan 40 unit sistem artileri Howitzer self-propelled medium 155mm M109A6 pada Rabu (4/8) dalam kesepakatan yang masih membutuhkan persetujuan Kongres AS.
Taiwan yang demokratis dan memiliki pemerintahan sendiri ini berada di bawah ancaman invasi China, yang memandang Taiwan sebagai bagian wilayah mereka.
Otoritas China bahkan bersumpah akan merebut kembali Taiwan suatu hari nanti, secara paksa jika diperlukan.
Di bawah Presiden Xi Jinping, China semakin meningkatkan tekanan militer. Jet-jet tempur dan pesawat pengebom China membayangi zona pertahanan udara Taiwan hampir setiap hari.
Sementara kapal pengeruk pasir meningkatkan aktivitas di sekitar kepulauan dekat daratan utama China, dan militer China mempublikasikan sejumlah latihan simulasi invasi Taiwan.
Militer Taiwan jelas lebih kecil jika dibandingkan militer China, ditambah banyak perlengkapannya termasuk armada jet tempur yang sudah menua.
Sistem artileri Howitzer yang bisa dipindahkan akan menjadi kunci dalam menangkal invasi, memampukan militer Taiwan mengarahkan tembakan ke kapal pengangkut tentara dan mengebom pantai yang menjadi lokasi pendaratan.
Mantan Presiden Donald Trump menggenjot habis-habisan penjualan senjata ke Taiwan pada era kepemimpinannya, saat dia berselisih dengan China dalam sejumlah isu mulai dari perdagangan hingga keamanan nasional. Penjualan senjata itu mencakup drone, sistem rudal dan jet tempur generasi baru.
Sementara Biden lebih terbuka untuk bekerja dengan China dalam isu-isu umum seperti perubahan iklim.
Namun dia mempertahankan kebijakan keras Trump saat menyangkut pelanggaran hak asasi manusia (HAM) China dan ancaman terhadap Taiwan.
Membela Taiwan dari invasi China telah menjadi masalah bipartisan di AS dan persetujuan Kongres terhadap penjualan sistem artileri Howitzer itu besar kemungkinan akan diberikan.
Sumber : 從台灣看見世界的故事, 華視新聞 CH52, AFP, CNANews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan