Seorang relawan pengurus pemakaman di Malaysia mengungkap kengerian di rumah sakit di Negeri Jiran, dimana jasad pasien Covid-19 bertumpuk selama berhari-hari karena para petugas kewalahan.
Adalah Muhammad Rafieudin, seorang relawan yang menawarkan jasa pemakaman di daerah Klang Valley, Malaysia.
Ia mengaku tak heran ketika foto yang memperlihatkan jasad Covid-19 ditumpuk di rumah sakit viral di media sosial. Menurutnya, foto itu memang benar adanya.
“Beberapa jasad bertumpuk di kamar mayat sampai tiga hingga atau empat hari,” ujar Muhammad kepada The Straits Times.
Ia kemudian bercerita, satu hari, ada satu pasien Covid-19 meninggal dunia di rumah dan pihak rumah sakit tak dapat menjemput jenazahnya hingga lebih dari 12 jam setelah dilaporkan karena mereka kekurangan orang.
“Keluarganya juga tak bisa berbuat apa-apa karena mereka juga sedang karantina. Itulah yang sekarang terjadi,” ucap Muhammad.
Sebagaimana dilansir Reuters, angka kematian di Malaysia memang terus meningkat dalam beberapa hari belakangan, bahkan mencetak rekor dengan 207 kasus pada Selasa (27/7).
Di tengah peningkatan angka kematian ini, Muhammad mengaku lelah karena hanya bisa tidur dua hingga tiga jam sehari.
“Sisanya, saya siaga menerima telepon, terkadang jam 02.00, 03.00, atau 04.00, untuk membimbing keluarga melalui semua proses, mencatat, mengerahkan tim untuk mengambil jenazah, menjalankan pemakaman,” kata Muhammad.
Selama proses tersebut, Muhammad bekerja sama dengan kelompok relawan yang ia dirikan lima tahun lalu, Malaysian Funeral Management Squad.
Sejak berdiri, kelompok relawan itu sudah membantu pemakaman warga yang menderita penyakit tertentu, seperti HIV dan Ebola.
“Namun, penanganan jasad corona tidak sama dengan HIV, yang menular hanya lewat jarum suntik, kontak seksual, atau transfusi darah. Covid-19 lebih mudah menular, melalui udara dan air, jadi saya khawatir,” katanya.
Seorang relawan lainnya dari Hock Thai Casket and Funeral Services, Kelvin Teh, mengatakan bahwa peti jasad Covid-19 juga harus ditutup hingga beberapa lapis.
Petugas juga harus disterilkan beberapa kali selama proses dari pengangkutan jasad hingga penguburan atau kremasi.
Teh bekerja lebih keras saat harus menguburkan pasien Covid-19 yang beragama Islam karena mesti dimakamkan dalam kurun 24 jam. Terkadang, tenggat itu tak selalu terpenuhi karena mereka kewalahan.
Meski stres, Teh dan Muhammad mengaku senang dapat membantu keluarga yang sedang kesulitan di tengah pandemi Covid-19 ini.
“Mereka tak dapat merawat orang yang mereka kasihi ketika sakit Covid-19. Ketika orang itu meninggal, mereka tak dapat mengantarnya ke tempat terakhir. Belum lagi, mereka harus menunggu hingga kerabatnya dapat dimakamkan. Saya mencoba memberikan mereka sedikit kedamaian,” katanya.
Saat ini, Malaysia memang sedang terus mencatatkan rekor kematian akibat Covid-19. Kantor berita Bernama melaporkan bahwa angka kematian bahkan menembus rekor selama dua hari berturut-turut pada Senin dan Selasa, yaitu 207 kasus.
Angka rawat inap di ICU ini merupakan yang tertinggi selama pandemi melanda Negeri Jiran sejak tahun lalu.
Meski jumlah infeksi corona di Malaysia menunjukkan tren peningkatan selama beberapa pekan belakangan, Malaysia berencana mencabut status darurat Covid-19 pada 1 Agustus mendatang.
Sumber : South China Morning Post, Al Jazeera English, The Straits Times, Reuters, Bernama
Berita Terkait
Wabah Pneumonia di China: Rumah Sakit Penuh
Topan Khanun Tiba, Warga Korea Utara Diminta Utamakan Jaga Foto Kim Jong Un
Taiwan Mempertimbangkan Untuk Mempekerjakan Lebih Banyak Pekerja Filipina Sampai Menawarkan Tempat Tinggal Permanen!