Di media sosial beredar video yang membagikan cara membuat alat oksigen untuk membantu mereka yang butuh bantuan oksigen karena Covid-19.
Video ini juga beredar di berbagai grup WhatsApp, di tengah sulitnya mendapatkan tabung oksigen di berbagai daerah.
Dalam video itu, dijelaskan cara membuat O2 hanya menggunakan sejumlah bahan dengan biaya di kisaran Rp 100.000-an.
Adapun bahan yang digunakan dalam video tersebut adalah alat penghasil gelembung udara di kolam ikan (aerator), botol air mineral, serta selang.
“Cukup saya berikan 2 alat untuk gelembung ikan yang biasanya di akuarium. Harganya satu Rp 50.000 jadi 2 Rp 100.000 lanjut kita siapkan selang. Ini sesuai kebutuhan. Minimal 2 meter biar nanti bisa dijangkau. Karena darurat ini selang masih begini saja. Ini langsung masuk ke hidung. Ini kita masukkan ke botol ini,” demikian penjelasan yang ada di video itu.
Selang dihubungkan dengan dua aerator ikan dan dimasukkan ke dalam botol air mineral berisi air.
Pembuat video menyebutkan, oksigen yang dihasilkan bisa digunakan untuk pasien yang tengah merasakan sesak.Benarkah alat seperti ini bisa membantu?
Penjelasan ahli
Koordinator Kelompok Penelitian Otomasi Industri, Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Hendri Maja Saputra, mengatakan, pihaknya sudah melakukan uji coba dari apa yang dibagikan dalam video viral tersebut.
Setelah dicoba, menurut dia, alat tersebut belum bisa dimanfaatkan sebagai alat untuk menghasilkan oksigen bagi pasien.
“Sudah kami coba melalui eksperimen, ternyata sistem tidak bisa meningkatkan fraksi oksigen,” ujar Hendri saat dihubungi Kompas.com, Kamis (1/7/2021).
Ia mengatakan, idealnya oksigen murni fraksi oksigen adalah 100 persen dengan realitas lebih dari 90 persen. Adapun udara bebas idealnya fraksi oksigen adalah 21 persen.
“Hasil pengujian kemarin (dengan cara video viral) tidak ada perubahan yakni tetap 21 persen),” kata dia.
Dengan demikian, kata Hendri, membuat alat seperti ditunjukkan dalam video tidak bisa sebagai alternatif pengganti tabung oksigen.
Apakah ada bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan alat seperti itu? Hendri mengaku belum bisa mengidentifikasinya.
Meski demikian, ia menyarankan agar masyarakat tak mudah percaya dengan informasi yang dibagikan melalui video seperti itu. Hal-hal seperti ini perlu dibuktikan secara ilmiah.
Sumber : TRIBUNWOW OFFICIAL, Tribun Jateng, Kompas
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’