Tanaman Porang ramai diperbincangan masyarakat. Pasalnya, sekali panen, petani bisa mendapatkan keuntungan hingga ratusan juta rupiah.
Mengutip KabarMakassar.com — jaringan Suara.com, berdasarkan data Badan Karantina Pertanian, pada semester pertama 2021, ekspor porang Indonesia mencapai angka 14,8 ribu ton.
Angka ini melampaui jumlah ekspor semester pertama pada 2019 dengan jumlah 5,7 ribu ton, kenaikan ini menunjukkan aktivitas ekspor sebanyak 160 persen.
Dilansir dari berbagai sumber, tanaman bernama latin Amorphophallus Muelleri ini merupakan tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan. Tumbuhan ini memiliki batang yang lunak dengan bentuk daun yang bercabag-cabang.
Umbi tanaman porang tunggal tidak beranak-anak, dengan warna umbi kuning cerah. Satu umbi tanaman porang bisa mencapai berat hingga 5 kg.
Umumnya tanaman ini mudah ditemukan tumbuh secara liar di pinggir hutan jati, di bawah rumpun bambu, di tepi-tepi sungai, di semak belukar, dan di bawah aneka ragam naungan. Namun saat ini banyak masyarakat yang telah membudidayakan tanaman ini.
Karena kandungan glukomannan pada umbinya, porang banyak dimanfaatkan di bidang industri dan kesehatan. Tepung porang dapat digunakan sebagai bahan lem, agar-agar, mie, tahu, kosmetik, dan roti.
Tepung porang juga bermanfaat menekan peningkatan kadar glukosa darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah, oleh karena itu beberapa industri juga menghadirkan produk beras porang.
Namun dibalik manfaatnya, pemanfaatan umbi porang harus diolah dengan cara khusus.
Pasalnya dalam umbi porang, juga mengandung kalsium oksalat yang cukup tinggi yaitu sekitar 0,19 persen yang dapat mengakibatkan rasa gatal bila terkena kulit manusia, apalagi jika dikonsumsi.
Jika diolah dengan cara yang tidak benar, umbi porang dapat menyebabkan rasa gatal pada lidah, iritasi hingga penumpukan di ginjal.
Oleh karena itu, jika ingin turut membudidayakan tanaman porang ada baiknya kamu membaca beberapa referensi yah terkait pegolahan yang benar dan perawatan tanaman ini.
Sumber : KOMPASTV, Suara
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’