Satgas Penanganan COVID-19 menjawab video viral seorang wanita positif COVID-19 yang baru tiba dari luar negeri. Satgas COVID-19 pun menjelaskan fenomena positif corona lebih dari satu kali seperti yang dialami wanita itu.
Dalam video yang beredar itu, tampak seorang wanita yang mengenakan pakaian berwarna putih. Wanita tersebut mengaku baru tiba di Indonesia dari luar negeri menggunakan pesawat.
“Aku sudah sampai di Indonesia, tadinya dikarantina di Hotel Wyndham, dan sudah dicek COVID, katanya positif, padahal aku Desember lalu udah pernah positif COVID, terus aku sebelum terbang kurang dari 72 jam itu udah tes, dua hidung, tenggorokan, PCR kan? Itu hasilnya negatif, tahu-tahu di Indonesia aku positif,” ujar wanita tersebut dalam video yang dilihat detikcom, Selasa (23/2/2021).
“Aku minta PCR pembanding dari luar, tapi mereka nggak kasih, mereka nggak mau. Mereka pas udah debat-debat kan, aku nggak mau karantina sebelum dapat PCR pembanding, akhirnya debat-debat itu,” kata wanita tersebut.
Wanita itu mengaku pihak bandara menyuruhnya melakukan tes PCR Corona di Wisma Atlet karena sesuai prosedur. Namun kendaraan yang menjemput wanita itu di bandara untuk diantar ke Wisma Atlet adalah mobil taksi.
“Ternyata yang jemput itu taksi Avanza, dan aku itu sendiri. Makanya itu nggak tahu kerja sama sama Satgas atau Wisma Atlet, pas bayar parkir, aku tanya, ‘Mas (sopir taksi) dari mana?’ ‘Dari Golden Bird’, bawa aku yang katanya positif COVID sendirian,” jelas wanita itu.
Ketua Subbidang Testing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19, Budiman Bela merespons video viral tersebut. Dia awalnya menjelaskan mengenai akurasi testing Corona.
“Sebelum saya jelaskan mengenai hasil testing yang mungkin masyarakat mempertanyakan akurat atau tidak akurat, mungkin yang perlu ditambahkan adalah testing tersebut juga sebetulnya bukan hanya membantu kita mencegah penularan dari virus dari luar negeri ke dalam Indonesia tetapi juga sebetulnya bermanfaat bagi mereka yang diperiksa itu sendiri,” kata Budiman melalui tayangan YouTube BNPB, Rabu (24/2/2021).
Budiman kemudian mengungkapkan jumlah virus dalam tubuh penderita COVID-19 saat diperiksa. Dia memaparkan bahwa kadar virus COVID-19 bisa berubah tiap harinya.
“Jadi ada keadaan di mana waktu seseorang diperiksa misalnya virusnya itu jumlahnya sedikit sekali. Kadang-kadang orang berpendapat bahwa kalau virusnya sedikit aman nanti juga sembuh, tetapi tidak selamanya seperti itu, ada orang yang diperiksa virusnya sedikit tapi kemudian virusnya kemudian jadi bertambah banyak dan kemudian baru timbul sesak nafas. Ini kan sebetulnya kalau orang tersebut diketahui sedini mungkin itu menguntungkan orang yang diperiksa itu sendiri. Mungkin perlu diingat protokol yang keliatannya terlihat lebih rumit ini sebetulnya memberikan keuntungan juga untuk setiap orang yang diperiksa tersebut,” jelas dia.
Menurut budiman, fenomena pasien Corona yang positif lalu dinyatakan positif setelah sembuh adalah hal yang wajar terjadi. Dia menyebut hasil tes itu tak bisa diartikan kesalahan laboratorium.
“Kemudian mengenai hasil pemeriksaan yang kadang-kadang di laboratorium A positif, di laboratorium B besoknya kok jadi negatif. Itu bukan hal yang baru tapi bukan berarti pemeriksaannya itu tidak benar. Nah hasil pemeriksaan yang seperti itu sudah dipublikasikan secara ilmiah di jurnal internasional ada kasus kasus yang memang diikuti misalnya hari pertama dia negatif, besok kok selama 3 hari jadi negatif, nanti jadi negatif lagi, diikuti jadi besoknya diperiksa jadi positif. Sangat bervariasi dari orang ke orang,” kata Budiman.
“Itu memberikan gambaran kepada kita memang kejadian-kejadian itu terjadi, hari ini positif, besok negatif dan besoknya lagi jadi positif,” sambungnya.
Komandan Lapangan RS Darurat COVID-19, Letkol Laut (K) drg. M Arifin juga menanggapi video viral itu. Dia berharap dengan penjelasan mengenai prosedur masuk internasional ke RI dan testing Corona bisa memberikan edukasi kepada masyarakat.
“Saat ini ada yang sedang viral juga apa yang disampaikan kita klarifikasi artinya kita sampaikan sekalian edukasi kepada masyarakat luas seperti apa yang sampaikan bagaimana prosedur orang datang dari luar negeri termasuk WNA atau WNI. Saya pikir sudah jelas tadi disampaikan. Itu sebagai ilmu tambahan bagi seluruh masyarakat,” kata Arifin.
Pemerintah memperketat prosedur masuk dalam negeri, kata arifin bukanlah tanpa alasan. Upaya itu adalah salah satu penanganan pandemi Corona.
“Apalagi strain virus saat ini kenapa negara memberlakukan isolasi menjadi 5 hari tentunya ini pertimbangan update terkini tentunya itu yang harus diwaspadai. Kenapa nggak sehari aja pulang? Bagaimana kalau sehari kemudian inkubasi kemudian hari ketiga ternyata di positif? Seperti yang disampaikan dokter Budiman tadi. Itu fakta, satu hari positif, besoknya negatif ada,” kata dia.
Arifin kemudian menceritakan pengalamannya selama bertugas di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kamayoran. Dia mengatakan ada fenomena bahwa pasien yang dinyatakan sembuh dari COVID-19, kembali dinyatakan positif.
“Jadi untuk masyarakat pahami juga bahwa seumpama dari negara asal dia diswab negatif dalam perjalanan terpapar bisa juga sampai di Indonesia di hari pertama positif, bisa juga. Kemudian hari besoknya di swab ternyata negatif itu sesuatu yang biasa. Itu yang harus dipahami masyarakat. Bukan berarti tempat swabnya negara luar lebih bagus, negara kita lebih jelek, nggak. Ini ada standar internasionalnya,” jelas dia.
Dalam pemaparan itu, turut hadir pihak hotel yang melakukan karantina mandiri kepada WNI dan WNA yang datang dari luar negeri. Director of Sales dan Marketing Wyndham Hotel, Lisa Yunawan pihaknya memang bekerja sama dengan taksi untuk menjemput tamu yang akan melakukan karantina.
“Dalam proses karantina sendiri kami dari pihak hotel harus menjemput tamu di airport memakai kendaraan yang telah disediakan oleh hotel atau menggunakan Golden Bird atau taksi company yang sudah sudah diverikasi oleh pemerintah. Jadi kita 20 hotel di Jakarta ini banyak bekerja sama dengan Golden Bird, jadi tidak boleh dijemput oleh keluarganya, atau dari temannya, jadi semuanya harus diserahkan ke pihak hotel untuk yang menjemput ini,” kata Lisa.
Lisa mengatakan bahwa kendaraan yang menjemput tamu mengikuti protokol kesehatan. Dia mengatakan bahwa driver taksi menggunakan APD lengkap.
“Kita ada kerja sama, memang kebanyakan di Jakarta di 20 hotel ini mereka kerja sama dengan Golden Bird, mereka menggunakan APD yang lengkap, jaga jarak dan juga nantinya begitu mereka sudah mengantar tamu yang positif mereka harus kembali ke pool mereka. Mobil juga didisinfektan, didisinfektan itu sebelum dan sesudah, jadi mereka harus mematuhi protokol yang berlaku juga,” jelas dia.
Sumber : BeritaSatu, Detik
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’