China kembali mengambil langkah maju dengan membangun pangkalan ‘militer besar-besaran’ di dalam pulau-pulau buatan kontroversial yang dibangun di perairan Laut China Selatan yang menjadi sengketa. Temuan itu ditemukan oleh sejumlah citra satelit yang menangkap proses ‘pembangunan’ itu.
Seperti dilansir news.com.au, Senin (22/2/2021), laporan terbaru perusahaan software geospasial, Simularity, yang didasarkan pada citra-citra satelit mengungkapkan objek yang diduga infrastruktur untuk radar, antena dan apa yang diyakini mengarah pada sebuah pangkalan militer di Mischief Reef.
Citra satelit itu menunjukkan aktivitas pembangunan pangkalan militer China di tujuh area yang ada di Mischief Reef antara Mei 2020 hingga Februari 2021.
Salah satu citra satelit tertanggal 7 Mei 2020 jelas menunjukkan sebidang tanah kosong, yang kini ditempati struktur berbentuk silinder dengan lebar 16 meter, yang diklaim oleh Simularity sebagai ‘dugaan struktur pemasangan antena’.
Citra satelit lainnya juga menunjukkan struktur beton dengan kubah bulat — penutup tahan cuaca yang biasa digunakan untuk melindungi antena radar — di dekatnya. Laporan Simularity menyebut bahwa ini ‘diduga sebagai struktur radar yang sudah selesai’.
Area lainnya di Mischief Reef disebut masih dalam tahap pembangunan atau telah ‘dibersihkan’ untuk pembangunan lebih lanjut.
Mischief Reef yang diklasifikasikan sebagai atol — pulau karang berbentuk lingkaran dengan di bagian tengah terdapat danau atau laguna — diketahui terletak di perairan berjarak 250 kilometer dari wilayah Filipina. Daratan itu telah diduduki dan dikuasai China sejak tahun 1995 lalu.
Direktur Institut Urusan Maritim dan Hukum Laut pada Universitas Filipina, Dr Jay Batongbacal, menyebut infrastruktur baru itu menunjukkan bahwa China memperkuat posisinya.
“Mereka pada dasarnya menambahkan perlengkapan lensa survei, tampaknya radar — sudah ada banyak di pulau karang itu sejak awal,” tuturnya kepada televisi Filipina, ANC.
“Penambahan radar baru tampaknya mengindikasikan mereka benar-benar memperluas kemampuan pulau buatan ini. Dan fakta bahwa mereka melanjutkannya meski semuanya yang terjadi di seluruh dunia, itu benar-benar menunjukkan niat China untuk sepenuhnya mengembangkan pulau buatan ini menjadi pangkalan militer besar-besaran,” ucap Batongbacal dalam pernyataannya.
Ini bukan pertama kalinya Mischief Reef menjadi pusat ketegangan geopolitik di kawasan tersebut. Tahun 2016, putusan Pengadilan Permanen Arbitrase di Den Haag menyatakan Mischief Reef berada di dalam Zona Ekonomi Eksklusif wilayah Filipina.
Hubungan antara China dan Filipina terus bergejolak. Pada Januari 2021, China meloloskan Undang-undang (UU) Penjaga Pantai yang mengizinkan Angkatan Laut dan Penjaga Pantai untuk melakukan semua langkah yang dibutuhkan untuk mempertahankan kedaulatan di perairan yang disengketakan. Salah satu langkah merujuk pada wewenang melepas tembakan ke arah kapal asing yang dianggap melanggar kedaulatan China.
Berbicara kepada media setempat, Menteri Luar Negeri Filipina, Teodoro Locsin Jr, menegaskan jika ada insiden yang terjadi di wilayah kedaulatannya, maka Filipina akan membalas. “Jika ada insiden, saya bisa memastikan kepada Anda bahwa akan ada lebih dari sekadar protes,” tegasnya.
Sumber : ANC 24/7, news com au
Berita Terkait
Wabah Pneumonia di China: Rumah Sakit Penuh
Topan Khanun Tiba, Warga Korea Utara Diminta Utamakan Jaga Foto Kim Jong Un
Taiwan Mempertimbangkan Untuk Mempekerjakan Lebih Banyak Pekerja Filipina Sampai Menawarkan Tempat Tinggal Permanen!