Kisah malang pekerja migran Indonesia (PMI) atau tenaga Kerja Indonesia (TKI) kembali terjadi. Kali ini dialami TKI asal Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Lilih (30 tahun).
Warga Desa Girimulya, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur itu pulang dalam kondisi depresi setelah 13 bulan bekerja di Arab Saudi. Bahkan Lilih tidak membawa hak gaji hasil jerih payahnya kerja di Negeri Petro Dolar itu.
Ketua Astakira Pembaharuan Cianjur Ali Hildan mengatakan, belum mengetahui penyebab pasti depresi yang diderita Lilih binti Badrudin, TKI yang dipulangkan belum lama ini.
“Kami belum tahu pasti penyebab depresi yang diderita Lilih yang berangkat akhir 2019. Pihak keluarga yang mengetahui hal tersebut, melapor ke kami untuk mengurus hak gajinya yang jaga tidak diberikan majikan setelah bekerja selama 13 bulan di Timur Tengah,” kata Ali Hildan, Senin (22/2/2021).
Dia mengemukakan, Lilih yang pulang dalam kondisi depresi sulit untuk diajak berkomunikasi karena bicara melantur dan tidak menyambung dengan pertanyaan yang diberikan.
Rencananya, Astakira Pembaharuan Cianjur akan membawa Lilih ke dokter spesialis kejiwaan hingga sembuh.
“Kami akan bawa Lilih berobat. Selama ini keluarga berharap Lilih dapat mengubah ekonomi keluarga. Namun kenyataannya dia pulang dalam kondisi depresi dan tidak membawa uang yang menjadi haknya selama 13 bulan bekerja di negara orang,” ujarnya.
Sementara itu keluarga Lilih berharap Astakira Pembaharuan Cianjur dapat membantu anak mereka kembali sembuh dan mendapatkan haknya yang belum dibayarkan.
Badrudin (55 tahun) ayah kandung Lilih, mengatakan, anaknya yang berangkat dalam kondisi sehat dan normal.
“Kami menuntut perusahaan yang memberangkatkan dan majikan Lilih bertanggung jawab, hingga anak kami kembali sembuh seperti semula dan gajinya segera dibayarkan. Kami juga berharap bantuan dari pemerintah atas musibah yang diderita anak kami ini,” kata Badrudin.
Dia mengemukakan, selama ini Lilih berniat untuk mengangkat ekonomi keluarga dengan cara berangkat sebagai TKI ke Arab Saudi.
Selama beberapa bulan bekerja di negeri orang, Lilih menggambarkan cukup betah dan tidak pernah mengeluhkan apapun. Namun selang beberapa waktu keluarga mendapat kabar kalau Lilih mengalami depresi.
“Kami berharap bantuan dari semua pihak, karena anak kami berangkat atas niat baik mengangkat ekonomi keluarga yang sulit. Namun kenyataanya anak kami pulang dalam kondisi depresi dan tidak dibayarkan haknya,” kata Badrudin seraya menyeka air matanya.
Sumber : iNews id
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’