Sebuah kisah penemuan kapal tanpa awak di lautan Myanmar beberapa waktu lalu sempat menggemparkan publik dan masyarakat Indonesia. Pasalnya, kapal besar tanpa satupun awak di dalamnya tersebut berlayar dengan bendera indonesia pada tahun 2018 lalu.
Bak kapal hantu yang berlayar sendiri di lautan, di dalam kapal misterius ini juga tidak ditemukan satupu barang-barang maupun awak di kapal tersebut. Peristiwa munculnya kapal tanpa awak misterius yang terjadi pada 2018 lalu ini, bahkan tak hanya menghebohkan Myanmar, tetapi juga dunia.
Saat itu, kapal bernama “Sam Ratulangi PB 1600” itu ditemukan mengambang di sekitar pantai kota yang menjadi pusat komersial Myanmar. “Tidak ada pelaut atau muatan barang di kapal itu,” kata polisi Yangon.
Kapal itu kandas hari Kamis (30/9) dan polisi serta personil angkatan laut naik ke atasnya untuk melakukan pemeriksaan, dan tak menemukan awak atau pun barang apa pun, kata polisi pula.
Dalam pernyataan yang diposting di Facebook, polisi Yangon mengatakan kapal itu “terdampar di pantai dan (di tiangnya terdapat) sehelai bendera Indonesia”.
Media lokal The Irrawaddy menulis, berdasarkan Departemen Administrasi Kelautan Myanmar, kapal tersebut terdaftar di Palau, Pasifik, kemudian terdampar di Teluk Martaban akibat cuaca buruk sejak tiga hari lalu.
“Tidak ada kru ataupun kargo di kapal itu,” kata pihak otoritas kelautan setempat dalam pernyataannya dan dikutip dari The Irrawaddy, Kamis 30 Agustus 2018.
Pihak kepolisian menyebut kapal itu ditemukan pada 29 Agustus 2018 pukul 08.00 pagi waktu setempat oleh warga dan dilaporkan ke pihak berwajib. Kepolisian ditemani perwakilan dari Imigrasi serta Departemen Administrasi dan petugas terkait kemudian memeriksa kapal tersebut.
“Menurut hasil penyelidikan [sementara] dikonfirmasi kapal itu berada di menit Lintang Utara 16 39,249, Bujur 96 5,439 menit. Kapal sepanjang 177 meter, lebar 27,9 meter, berat 26.510 ton. Kapal bernama Sam Ratulangi PB 1600,” tulis pihak Kepolisian Yangon di unggahan tersebut.
Aung Kyaw Linn, sekretaris jenderal Federasi Pelaut Independen Myanmar mengatakan kapal itu masih dalam keadaan laik jalan, dan bisa dioperasikan untuk berlayar, lapor Myanmar Times.
Menurut dugaannya, kapal itu masih belum lama ditinggalkan begitu saja oleh para pelautnya. “Pasti ada sebabnya,” bahwa kapal itu ditelantarkan begitu saja, katanya.
Menurut situs internet Marine Traffic, situs yang mencatat lalu lintas pergerakan kapal di seluruh dunia, kapal itu dibuat pada tahun 2001 dan panjangnya lebih dari 177 meter. Lokasi kapal itu terakhir kali tercatat di lepas pantai Taiwan pada tahun 2009 silam.
Menurut kantor berita AFP, peristiwa terbaru ini merupakan yang pertama kalinya sebuah kapal yang ditelantarkan muncul di perairan Myanmar.
BBC mewartakan pada Sabtu (1/9/2018) lalu, Angkatan Laut Myanmar menyebut kapal barang itu awalnya ditarik oleh kapal tunda menuju industri pemecah kapal di Bangladesh. Catatan radar AU Myanmar menunjukkan pergerakan dua kapal di sungai Yangon dan Sittaung, yang masuk ke Teluk Martaban.
Berdasarkan temuan itu, pasukan menjelajahi perairan untuk mencari kapal kedua dan menemukan kapal bernama Kemerdekaan, yang mengangkut 13 awak dari Indonesia. Mereka ditemukan berada sekitar 80 km dari pantai Yangon.
Setelah menginterogasi para anggota awak, AU mendapat informasi bahwa kapal Kemerdekaan meninggalkan Jakarta pada 13 Agustus 2018. “Mereka menghadapi cuaca buruk ketika sampai di selatan Sungai Yangon,” demikian pernyataan AU Myanmar, seperti dikutip dari AFP.
“Kabel yang terikat di kapal rusak, dan kapal mengapung dalam arus dan sulit melanjutkan perjalanan,” imbuh pernyataan AU Myanmar.
Sumber : The Irrawaddy, Myanmar Times, AFP, Marine Traffic, BBC
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’