Akhir-akhir ini banyak kasus pekerja migran, termasuk yang berasal dari Indonesia yang ditemukan positif COVID-19 setelah masa karantina berakhir.
Karena kebanyakan dari mereka telah menyertakan hasil tes negatif COVID-19 saat memasuki Taiwan, ditambah kebanyakan ditemukan positif saat atau setelah menjalani karantina, banyak yang khawatir akan adanya sumber penularan di dalam negeri.
Menanggapi hal ini, juru bicara Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) Taiwan Zhuang Ren-Xiang mengatakan bahwa kasus pekerja migran yang dinyatakan positif tidak ada hubungannya dengan penularan di dalam negeri karena kebanyakan nilai CT-nya tinggi.
Zhuang menyebutkan bahwa hal ini menunjukkan bahwa para pekerja migran tersebut sebenarnya telah tertular pandemi corona beberapa saat yang lalu.
Zhuang Ren-Xiang mengatakan meskipun akhir-akhir ini pekerja migran yang dinyatakan positif COVID-19 kebanyakan ditemukan saat masa karantina telah berakhir, namun karena nilai CT-nya tinggi jadi dapat disimpulkan bahwa mereka telah tertular beberapa saat yang lalu dan telah positif sebelum masuk ke Taiwan.
Menanggapi kekhawatiran mengenai pekerja migran mungkin menjadi celah dalam pencegahan pandemi, Zhuang Ren-Xiang mengatakan untuk tidak perlu cemas karena “saat nilai CT lebih dari 30, akan sulit untuk menghasilkan virus” sehingga kemungkinan menularnya sangat rendah.
Ia juga mengatakan bahwa PMI yang datang ke Taiwan kebanyakan adalah pekerja migran bidang sosial yang bertugas merawat orang tua, sehingga mereka diwajibkan untuk menjalani prosedur ketat yang mencakup karantina terpusat selama 14 hari ditambah karantina mandiri selama 7 hari.
Selain itu setelah masuk ke Taiwan, apabila dalam 14 hari masa karantina dari saat ketibaan di Taiwan muncul gejala atau terjadi gangguan kesehatan, maka mereka harus menjalani tes COVID-19 kembali.
Bila ditemukan pekerja migran tersebut positif corona, maka mereka akan menjalani perawatan COVID-19 dengan subsidi dari pemerintah Taiwan.
Oleh sebab itu, Zhuang meminta agar warga masyarakat Taiwan tidak perlu cemas dan panik berlebihan menanggapi hal ini.
Mengenai isu mengenai mengapa banyak pekerja migran yang ditemukan positif COVID-19 saat atau setelah masa karantina berakhir, Zhuang Ren-Xiang mengatakan bahwa pekerja migran yang dinyatakan positif kebanyakan adalah “pasien tanpa gejala” atau asimptomatik.
Akan tetapi Zhuang menegaskan kalau pekerja migran sendiri yang menyatakan dirinya “tanpa gejala”, bukan berarti mereka benar-benar tanpa gejala.
Kendala bahasa, atau rasa takut akan dideportasi oleh majikan juga menyebabkan mereka tidak berani melapor meski ada gejala awal corona, sehingga menyebabkan banyaknya orang yang ditemukan positif saat dites setelah masa karantina COVID-19 berakhir.
Sumber : CTITV NEWS, 華視新聞 CTS News, NOWNews
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan