Minyak wangi atau aroma terapi berbahan kayu gaharu buatan warga Jombang menembus pasar ekspor. Omzet produsen minyak gaharu pun mencapai belasan juta per bulan.
Salah satunya Fachrur Rochman (26 tahun), produsen minyak gaharu di Desa Bawangan, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Dia sudah 10 tahun menggeluti bisnis minyak gaharu ini.
Minyak wangi buatan Rochman menggunakan dua jenis kayu gaharu. Yakni kayu gaharu ramin dan zebra untuk minyak gaharu kelas medium. Dia juga membuat minyak gaharu kualitas super untuk dieskpor. Minyak wangi kualitas terbaik itu menggunakan kayu gaharu membramo.
Untuk membuatnya, kayu gaharu lebih dulu dihaluskan. Serbuk gaharu lantas diolah di mesin destilasi atau mesin penyulingan. Proses penyulingan ini membutuhkan waktu 3 hari untuk menghasilkan minyak gaharu berkualitas.
“Di tempat saya itu minimal prosesnya 50 kilogram untuk sekali suling. Hasilnya bisa sampai 300 sampai 500 mililiter per tiga hari,” kata Rochman kepada wartawan di tempat produksinya, Minggu (29/11/2020).
Minyak gaharu buatan Rochman dijual dalam ukuran mililiter yang dikemas botol kecil untuk kelas medium. Sedangkan kualitas ekspor, bapak satu anak ini hanya menjualnya dalam kemasan 12 mililiter.
Permintaan ekspor, kata Rochman, kerap kali datang dari Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, Jepang dan negara-negara timur tengah. Sedangkan untuk pasar lokal, permintaan kerap datang dari pesantren hingga tempat pijat dan spa untuk aroma terapi.
“Kelas medium per satu liternya Rp 1,5 – Rp 2 juta, tergantung kualitasnya. Kelas ekspor saya jual perbotol ukuran 12 mililiter dengan harga Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta tergantung pasar dan kualitasnya,” terangnya.
Minyak gaharu ini kerap diidentikkan dengan wewangian khas Timur Tengah. Bahkan, kata Rochman, banyak orang yang mempercayai minyak gaharu merupakan wewangian surga.
“Minyak gaharu ini banyak yang suka. Bahkan ada yang bilang gaharu itu adalah wewangian dari surga. Bisa untuk aroma terapi karena harumnya membuat tenang,” cetusnya.
Hasil pemasaran minyak gaharu lokal maupun ekspor membuat omzet penjualan Rochman mencapai belasan juta. Omzetnya tidak terdampak pandemi COVID-19.
“Omzet untuk minyak saja bisa sampai Rp 15 juta, itu seluruh kelas. Untuk kelas biasa atau medium sebulan bisa jual 10-15 liter. Untuk kelas super ini tergantung pasar, tidak bisa diprediksi,” tandasnya.
Sumber : Detik
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’