Pemerintah Taiwan pada hari Rabu (18/11/2020) menolak memperpanjang izin siaran CTi, saluran TV yang secara luas dianggap pro-China.
Keputusan itu pun secara efektif menutup aktivitas kanal berita tersebut di Taiwan.
Penolakan perpanjangan izin siaran CTi itu menjadi keputusan yang pertama kali bagi Taiwan untuk menutup bisnis sebuah perusahaan media, sejak Komisi Komunikasi Nasional (semacam badan regulator penyiaran di Taiwan) dibentuk pada tahun 2006 lalu.
Pemerintah Taiwan berulang kali mengatakan, China telah meningkatkan upaya—termasuk kampanye media—untuk menyusup dan mendapatkan pengaruh di negara kepulauan itu.
Beijing selalu mengklaim Taiwan sebagai milik China dan mengancam akan menggunakan kekerasan untuk mengendalikan Taiwan.
Kepala Komisi Komunikasi Nasional Taiwan, Chen Yaw Shyang mengatakan, keputusan untuk menolak perpanjangan izin siaran CTi itu diambil dengan suara bulat.
Dia pun lantas menyinggung soal dugaan campur tangan pemegang saham utama Cti, Tsai Eng Meng, dalam independensi editorial stasiun televisi itu.
Tsai Eng Meng diketahui memiliki relasi cukup kuat dengan Beijing. Dia menjalankan salah satu perusahaan makanan terbesar di China, Want Want China Holdings Ltd.
“Ini adalah fakta bahwa pemegang saham terbesar mereka telah campur tangan langsung di meja berita CTi,” kata Chen, Rabu (18/11/2020), dikutip Reuters.
Menurut dia, CTi juga didenda karena beberapa pelanggaran, seperti tidak memeriksa fakta saat menyajikan informasi dan membahayakan kepentingan publik.
Chen mengatakan, CTi menerima lebih dari 920 pengaduan tahun lalu. Jumlah itu mencapai sekitar sepertiga dari total pengaduan untuk semua saluran berita di Taiwan.
Kendati demikian, kata dia, tidak ada bukti bahwa pihak CTi telah menerima dana dari Pemerintah China.
Ditentang oposisi Keputusan tersebut memicu kemarahan dari pihak CTi dan partai oposisi utama Taiwan. Mereka menyebut tindakan tersebut sebagai serangan terhadap kebebasan media.
“Pemerintah Tsai (maksudnya Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen) telah menutup Cti, kebebasan pers sudah mati!” demikian CTi menulis di halaman Facebook sebagai respons atas keputusan otoritas Taiwan itu.
CTi berjanji bakal melawan keputusan itu di pengadilan. Perusahaan media itu juga membantah mendukung China.
Menurut CTi, Pemerintah Taiwan sedang berusaha membungkam siapa pun yang tidak mendukung kebijakan penguasa.
Kuomintang, partai oposisi utama Taiwan, mengatakan bahwa mereka juga menentang keputusan itu.
Partai itu menilai, penolakan perpanjangan izin siaran CTi bisa menimbulkan efek mengerikan, dan sangat memengaruhi kebebasan pers.
Sumber : 三立LIVE新聞, 通傳會NCC, Reuters, CNANews, Taiwannews, The Guardian
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan