Calon Bupati dan Wakil Bupati Gresik Nomor Urut 2 Fandi Akhmad Yani-Aminatun Habibah (Niat) mengaku prihatin masyarakat Gresik kesulitan mencari pekerjaan di daerahnya sendiri.
Padahal, sarana untuk masyarakat bisa bekerja di Gresik sangat banyak. Mulai pabrik, supermarket, mall, hotel, restoran, jasa, dan lainnya. “Kami sangat miris melihat keluhan masyarakat yang kesulitan mencari pekerjaan susah. Padahal, sarana pekerjaan di Gresik sangat banyak,” ujar Fandi Akhmad Yani saat bertemu masyarakat di Desa Siwalan Kecamatan Panceng, Selasa (10/11/2020) petang.
Menurut Gus Yani, sulitnya masyarakat Gresik mencari kerja di bumi kelahirannya sendiri, membuat mereka terpaksa harus hijrah mengadu nasib ke derah lain. Ada yang bekerja di Jakarta, Kalimantan, dan kota-kota lain baik menjadi buruh kasar atau berdagang.
“Bahkan, banyak sekali yang terpaksa harus hijrah luar negeri baik menjadi tenaga migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI),” ungkapnya.
Gus Yani kemudian mencontohkan, sejumlah kecamatan yang penduduknya terpaksa harus hijrah mengadu nasib hingga luar negeri (LN). Yaitu di Kecamatan Dukun, Panceng, Ujungpangkah, Sidayu, Bawean dan Tambak Pulau Bawean. “Hal ini menunjukkan kurang adanya penanganan serius dalam menangani pengangguran,” cetus Gus Yani.
Ironisnya, kata Gus Yani, meski warga Gresik kesulitan mencari kerja di daerahnya sendri, namun serbuan pekerja dari luar Gresik yang bekerja di sektor-sektor ekonomi di Gresik justru sangat banyak.
“Fakta ini, terjadi hingga sekarang. Saya contohkan, dari 200 ribu lebih pekerja di sektor industri yang kebanyakan unskilled (di luar keahlian), mayoritas pendatang dari luar Gresik. Ini harus dilakukan penertiban, dan pembenahan. Jangan sampai masyarakat kita itu ibaratnya mati di lumbungnya sendiri karena tak punya pekerjaan, tak bisa makan, sementara peluang kerja yang ada diambil orang luar Gresik,” urainya.
Gus Yani mengungkapkan, hingga tahun 2020 sedikitnya tercatat jumlah pencari kerja produktif tembus di angka 36.390 orang lebih. “Jumlah itu baru yang mencari kerja. Belum termasuk yang tak mencari kerja (pengangguran pasif). Jumlah angka pengangguran itu dipastikan akan terus melonjak setelah adanya kelulusan, baik tingkat SMA, atau sarjana yang tak melanjutkan pendidikan karena terbentur biaya,” ungkapnya.
“Sebetulnya, pemerintah kalau serius dalam menuntaskan probolemtika pengangguran sangat mudah. Sebab, potensi pekerjaan di Kabupaten Gresik sangat banyak. Sebagai contoh sektor industri (pabrik). Di Gresik kan ada 1.300 lebih pabrik. Kalau itu dimanfaatkan dengan betul oleh pemerintah, sangat potensi untuk mengurangi pengangguran. Belum lagi sektor lain, perhotelan, supermarket (mall), restoran, jasa, dan lainnya,” tuturnya.
Potensi lain, masih kata Gus Yani, adalah keberadaan Pelabuhan Internasional yang di dalamnya ada Java Integrated Industrial Ports and Esatate (JIIPE) di wilayah Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Namun, proyek mercusuar yang dicetuskan oleh Pemkab Gresik pada tahun 2012 di lahan 3.000 hektare ini ternyata tak bisa berbuat banyak untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru, untuk bisa mengurangi angka pengangguran yang begitu tinggi. Padahal, sebelumnya Pemkab Gresik menggembar-nggemborkan bahwa Pelabuhan Internasional dengan JIIPE-nya bisa menciptakan sebanyak 123.750 lowongan pekerjaan baru.
“Tapi nyatanya tak terbukti,” kata Gus Yani.
Fakta di atas, masih kata Gus Yani, menunjukkan ada yang salah dalam tata kelola memanfaatkan potensi daerah untuk kemaslahatan semua lapisan masyarakat seperti menciptakan lapangan pekerjaan.
“Makanya, jika Gus Yani-Bu Min pada coblosan Pilkada Gresik 9 Desember 2020 terpilih dan dilantik menjadi Bupati dan Wakil Bupati Gresik, maka akan mengelola potensi yang ada untuk kemaslahatan masyarakat Gresik seperti menciptakan lapangan pekerjaan,” janjinya.
Menurutnya, masalah pengangguran menjadi prioritas yang harus ditangani sesuai program Nawa Karsa yang diusung. Salah satunya, Program Gresik Berkarya dan Mandiri. “Program yang kami usung ini untuk menjamin tak ada lagi masyarakat kesulitan mencari kerja. Sebagai wujud nyata paslon Niat untuk menekan angka pengangguran dan meningkatkan kompetensi SDM agar siap bersaing,” terangnya.
“Nantinya, pelatihan keterampilan kerja intensif 3 in 1 ini disiapkan dengan berbagai program pendidikan dan pelatihan vokasi untuk penyerapan tenaga kerja industri secara lebih masif,” kata cabup milenial menantu Pengasuh Ponpes Bumi Salawat, KH. Agoes Ali Masyhuri.
Gus Yani menjelaskan, ada dua opsi pada program tersebut. Pertama masuk di dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sehingga saat lulus bisa langsung bekerja karena memiliki skill.
Kedua, memaksimalkan fungsi balai latihan kerja (BLK) yang bersinergi Dinas Tenaga Kerja (Dinas Tenaga Kerja) sebagai tahapan peningkatan keterampilan (up-skilling) dan pembaruan keterampilan (reskilling).
“Sekarang era revolusi industri 4.0 yang bersamaan dengan bonus demografi. Maka pemerintah kabupaten yang akan datang nanti harus membuka kesempatan bagi SDM di berbagai sektor industri untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan industri,” pungkasnya.
Semenatara Ulil Absor, salah satu warga mengungkapkan, selama ini pemerintah daerah belum memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia (SDM) para pemuda di Gresik menjadi lebih berdaya dan produktif. Padahal, tidak sedikit pemuda yang dapat memberikan kontribusinya dalam pembangunan daerah.
“Selama 10 tahun pemerintahan ini belum pernah ada pemberdayaan bagi pemuda. Padahal banyak problem yang dihadapi, misalnya potensi SDM pemuda yang tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana termasuk tenaga kerja yang belum terserap,” ujar Ulil Absor.
Untuk itu, Ulil berharap besar kepada Gus Yani-Bu Min agar bisa memberikan solusi bagi pemuda desa. Apalagi di tengah pandemi Covid-19, di mana pemuda kesulitan mendapatkan pekerjaan. Ditambah banyaknya lulusan yang harus menganggur bertahun-tahun karena kesulitan mendapat kerja.
“Saya contohkan di Desa Siwalan, banyak pemuda yang nganggur karena sudah ngelamar ke perusahaan tapi tidak keterima. Jadi sulitnya minta ampun kerja di kota sendiri. Kita berharap Gus Yani-Bu Min bisa memberi solusi untuk pemuda,” harapnya.
Warga lain Nadlir, juga mengaku mempunyai harapan yang sama. Dia mengungkapkan, pemuda di Desa Siwalan banyak yang nekat menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) ke luar negeri, karena tidak ada lapangan pekerjaan di desa. Bahkan, sulit mencari pekerjaan di Gresik.
Sumber : BangsalOnline
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’