Kenapa kita dilahirkan ke dunia, kemudian kita dimatikan, dan dihidupkan kembali? Dari tidak ada, menjadi ada, kemudian tidak ada, dan ada lagi.
Manusia dihidupkan, dimatikan dan kemudian dihidupkan kembali semata-mata hanya untuk menguji keimanan kita.
Keimanan yang disertai dengan ketakwaan. Kehidupan ini adalah kekal, begitu juga dengan kematian ini yang kekal.
Dulu kita hidup, sekarang kita hidup dan besok kita juga akan hidup lagi di akhirat. Dulu kita mati, sekarang juga mati dan besok kita akan mati jika kita hidup tanpa hati.
Mati dan hidup adalah sesuatu yang sama, tidak ada bedanya, hanya keberadaan ruh yang menjadi pemisah antara kehidupan dan kematian.
Ruh seperti arus listrik yang dijadikan sumber kehidupan bagi computer, sedangkan hati dan otak adalah CPU bagi computer itu sendiri.
Manusia hanyalah kumpulan daging dan tulang yang menyatu kemudian menyatu menjadi suatu bentuk dengan berbagai rupa. Bentuk yang beragam itu tidak berarti tanpa suatu ruh yang menggerakkan bentuk itu.
Manusia terlahir ke dunia semata-mata ditujukan agar manusia mengenal Tuhan, menyembah Tuhan dan menuruti semua kemauan Tuhan.
“barang siapa yang mengenali dirinya maka dia akan mengenali Tuhannya”, tentunya tidak boleh dimaknai secara harfiah saja, tidak boleh dimaknai secara logis karena bisa berakibat pada kesesatan. Ini bukan berarti kita mengapa bahwa kita adalah Tuhan, tetapi diartikan bahwa kita adalah Tuhan untuk diri kita.
Kita yang menentukan diri kita, mengarahkan diri kita, menjadikan diri kita sebagai apa, sebagai pecundang ataukah pemenang. Semakin kita mengenali diri kita maka secara otomatis logika dan hati kita akan berusaha untuk mencari Tuhan kita. Mengenalinya dengan pencarian yang matang, bukan asal “konon katanya Tuhan itu ada” tetapi benar-benar dari dalam hati bahwa Tuhan itu ada.
Segala yang terjadi bukanlah suatu kebetulan, akan tetapi semua telah diatur oleh Tuhan. Sebelum mengenali Tuhan, kita harus mengenali diri kita sendiri. Tuahn mengetahui apa yang tlah kita lakukan, baik ataupun buruk.
Kita pasti takut akan siksa yang dijanjikan Tuhan, bukan berarti bahwa tuhan itu kejam. Siksa yang akan kita alami bukanlah berasal dari Tuhan, tetapi berasal dari kita sendiri, dari dosa kita sendiri.
Sebagai orang yang beriman kita tidak harus Takut dengan Tuhan, karena Tuhan itu tidak menakutkan, Tuhan itu Maha Baik. Cinta adalah esensi tertinggi dalam iman, bukan rasa takut.
Inilah misteri kehidupan yang sesungguhnya, misteri di mana kita berperan atas diri kita. Seperti panggung sandiwara di mana pemerannya bisa menentukan alurnya sendiri, bisa menentukan ending yang kita inginkan.
Kita bisa memilih tokoh yang kita inginkan, tokoh protagonist maupun antagonist. Semua tergantung pada pilihan kita masing masing. Semua mempunyai konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan.
Semua akan menghadapai pengadilan yang adil untuk mendapatkan keadilan. Bukti Maha Cinta Tuhan untuk umat-Nya.
Sumber : Adi Hidayat Official
Berita Terkait
Umat Muslim Lebih Dari 30 Negara Datang Ke Masjid Agung Taipei Untuk Merayakan Ramadhan
Restorasi Al-Qur’an Berusia 500 Tahun Telah Selesai
6 Tips Berpuasa di Hari Pertama Ramadhan