Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memaparkan pencapaian kinerja selama setahun, 2019-2020. Menlu Retno Marsudi memaparkan pemerintah membantu pemulangan (repatriasi) 158 ribu WNI hingga membantu pemerintah terkait penanganan COVID-19, khususnya penyediaan APD, alat medis, hingga vaksin.
“Fasilitasi repatriasi WNI, dari 62 negara, dengan total 158.446 orang termasuk ABK dan jemaah tablig dari berbagai belahan dunia,” kata Retno dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/10/2020).
Selain itu, pemerintah telah memulangkan WNI dari Wuhan, China, dan dari Kapal Diamond Princess di Jepang dengan total 306 orang. Kemudian, Kemlu juga memberikan bantuan logistik kepada WNI yang paling rentan 531.533 paket, dan memberi bantuan bagi 1.654 WNI positif COVID-19 yang tersebar di 61 negara dan wilayah serta 29 kapal.
Pemerintah juga membebaskan 29 WNI dari ancaman hukuman mati. Selain itu, Retno memaparkan soal upaya pembebasan 6 WNI dari penyanderaan di Filipina Selatan dan Gabon dan menyelamatkan lebih dari Rp 106 miliar hak-hak finansial pekerja migran Indonesia.
Lebih lanjut, Kemlu juga turut membantu melakukan penanganan kasus ABK WNI yang bekerja di kapal ikan RRT. Kemlu menangani isu tersebut secara serius dengan berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri China.
“Pemerintah RRT memiliki komitmen tinggi untuk dapat menyelesaikan berbagai isu dan perbaikan. Di antaranya perbaikan sistem dan memperpendek mata rantai rekrutmen ABK, pemulangan 155 orang dan 2 jenazah dari kapal RRT, dan desakan pemerintah RRT kepada perusahaan RRT untuk memenuhi hak gaji. Serta disetujuinya dilakukannya kerja sama mutual legal assistance (MLA),” katanya.
Selanjutnya, di bidang penanganan COVID-19, Kemlu telah menjalin kerja sama dengan 120 pihak yang terdiri dari 11 negara, 12 organisasi internasional, dan 97 NGO. Pemerintah pada awal pandemi melakukan diplomasi untuk pemenuhan kebutuhan APD, ventilator, alat screening diagnosis, bahan baku obat hidroksiklorokuin, dan avigan.
Selain itu, Retno mengatakan Kemlu juga membantu membuka jalan pemenuhan kebutuhan vaksin untuk Indonesia. Kini sudah ada perusahaan vaksin yang sudah berkomitmen menyediakan vaksin untuk Indonesia pada tahun 2020-2021.
Kemudian, Kemlu juga memfasilitasi kerja sama antara Bio Farma dan The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI). Bio Farma akan menjadi salah satu produsen potensial vaksin COVID-19 global. Retno mengatakan hal itu berarti Indonesia turut membantu penyediaan vaksin secara global.
“Hasil due diligence yang dilakukan oleh CEPI terhadap Bio Farma menunjukkan hasil yang sangat baik dengan demikian ke depan Indonesia dapat menjadi salah satu manufaktur vaksin global,” ungkapnya.
“Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak saja memikirkan kepentingan nasionalnya, saja namun di saat yang sama selalu berusaha berkontribusi bagi dunia, termasuk hal terkait dengan vaksin,” imbuhnya.
Sumber : Detik
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’