Vaksin Corona Sinovac asal China menjadi salah satu kandidat vaksin corona yang akan dipakai Indonesia. Vaksin Sinovac sedang menjalani uji klinis tahap III di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat.
Uji klinis tersebut melibatkan 1.620 relawan. Bio Farma, perusahaan BUMN yang akan memproduksi vaksin Sinovac, menyebut, seluruh relawan telah menjalani suntikan pertama. Vaksin corona Sinovac merupakan strain virus yang dimatikan, sehingga butuh dua kali penyuntikan ke tubuh manusia.
Apa saja kabar terbaru soal vaksin Sinovac saat ini?
Vaksin Sinovac Ada yang Bisa untuk Usia 3 Tahun ke Atas
Vaksin Sinovac yang akan digunakan di Indonesia hanya untuk usia 18-59 tahun. Selama ini, uji klinis III di Bandung dilakukan untuk relawan dengan batas usia tersebut.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Unpad, Prof Kusnandi Rusmil, mengakui Sinovac bakal memproduksi vaksin untuk orang berusia di atas 3 tahun. Namun, jenis vaksin itu belum dipesan Indonesia.
“Sinovac ada yang untuk umur lebih dari 3 tahun. Uji kliniknya sedang berjalan, selesainya November, ” kata Kusnandi.
Oleh karenanya, Kusnandi menyarankan pemerintah segera memesan vaksin tersebut.
“Vaksin yang itu bisa dibeli oleh pemerintah kita, tapi bukan yang dibuat Bio Farma,” tutur dia.
Belum Ditemukan Indikasi yang Hambat Uji Klinis III Vaksin Sinovac
Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir, mengungkapkan, uji klinis III sejauh ini berjalan lancar. Tak ada relawan yang merasakan efek samping serius.
“Sampai sejauh ini alhamdulillah belum ditemukan indikasi-indikasi yang menghambat uji klinis ini. Dan kami optimis uji klinis ini selesai bulan Januari 2021,” tutur Honesti.
Kusnandi sebelumnya menyebut, efek samping yang dirasakan relawan bersifat normal. Yakni demam hingga kulit memerah dengan batas wajar –selayaknya anak disuntik vaksin.
Setelah uji klinis III selesai, Bio Farma dan FK Unpad akan bertukar data dengan negara lain yang juga melaksanakan proses yang sama. Tak hanya di Bandung, uji vaksin Sinovac dilakukan di 4 negara lain, yaitu Brasil, Turki, Chile, dan Bangladesh.
Setelah hasil uji klinis lolos evaluasi, BPOM akan mengeluarkan izin penggunaan darurat (EUA).
BPOM Tak Temukan Efek Serius Vaksin Sinovac
Direktur Registrasi Obat BPOM, dr Lucia Rizka Andalusia, telah menginspeksi proses uji klinik vaksin Sinovac di Bandung. Sejauh ini, BPOM tak menemukan efek serius.
“Tanggal 16 Oktober kemarin, kami juga melakukan inspeksi dan sudah selesai direkrut 1620 subjek. Dari beberapa kegiatan inspeksi uji klinik yang kami lakukan, kami tidak mendapat laporan serious adverse event (reaksi merugikan yang serius),” kata Lucia.
Pengembangan Vaksin Sinovac Hanya Setahun karena Darurat Pandemi
Pembuatan vaksin biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan hingga 15 tahun. Namun vaksin corona Sinovac dikebut sekitar 10 bulan karena kebutuhannya mendesak.
“Biasanya kalau kita membikin vaksin itu cukup lama, tapi oleh karena ini pandemi, jadi akan dilakukan EUA (Emergency Use Authorization) yang cepat sehingga BPOM menentukan kalau bisa secepatnya, dan WHO juga minta cepat-cepat,” kata Kusnandi.
“Sehingga yang biasanya 15 tahun, kita bikin cuma 10 bulan, setahunlah, kurang lebih, karena sangat dibutuhkan,” imbuhnya.
Kusnandi memastikan Bio Farma memiliki track record yang baik, termasuk dalam memproduksi dan menjualnya hingga ke luar negeri.
Sumber : KOMPASTV, Kumparan
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’