Wacana pemulangan seribu WNI yang masih tertahan di kamp pengungsian di Suriah masih harus dirapatkan antar menteri. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) perlu menggelar rapat dengan lintas kementerian untuk membahas hal tersebut.
“Itu masih perlu dilakukan verifikasi lagi. Kita masih belum bisa berangkat ke sana karena kondisi masih pandemi,” kata Kepala BPNT Komjen Boy Rafli Amar saat berkunjung di Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Rabu (21/10/2020).
Pihaknya, kata Rafly, masih menunggu setelah pandemi global COVID-19 ini reda baru akan mengirimkan tim untuk melakukan verifikasi data. Untuk bisa dipulangkan kembali, kata Rafly, masih perlu waktu dan masih perlu untuk dirapatkan dengan lintas menteri.
“Perlu dirapatkan dengan lintas kementerian, perlu waktu setelah proses verifikasi data,” kata Rafly.
Boy Rafly mengatakan, kunjungannya ke YLP yang dipimpin oleh ustaz Ali Fauzi Manzi di Desa Tenggulun, Kecamatan Solokuro ini untuk melihat program kegiatan yang dilakukan oleh yayasan yang membina para mantan narapidana terorisme (Napiter) ini. Boy Rafly berharap, semua kegiatan adalah program-program yang mengarah ke peningkatan kesejahteraan para anggota, khususnya pada bidang usaha yang cocok dilakukan.
“Jadi kegiatan-kegiatan yang dilakukan yayasan ini tentu kita harapkan terus dikembangkan dengan memanfaatkan sumberdaya dan dukungan baik itu yang bersumber dari pemerintah pusat maupun daerah,” terangnya.
Sementara, Ketua Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) Ustaz Ali Fauzi Manzi berterimakasih atas kehadiran Kepala BNPT ke yayasan yang dipimpinnya ini. Ali Fauzi menambahkan, belakangan ini semakin banyak yang bergabung dengan yayasan yang membina para mantan napiter ini.
“Makin ke sini makin banyak kawan-kawan yang care dan bergabung. Tentu ini menjadi atmosfer yang baik dalam penanganan tindak pidana terorisme di Indonesia,” lanjut Ustaz Ali.
Ustaz Ali menyebut, hingga kini YLP telah membina lebih dari 115 mantan napiter dan bulan ini saja ia menerima setidaknya 11 orang mantan napiter yang baru bebas dari Lapas. Kebanyakan, kata Ali, para mantan napiter yang bergabung di YLP berasal dari daerah-daerah sekitar Lamongan seperti Surabaya atau Blitar.
“Unit usaha yang kita kembangkan kita sesuaikan dengan skill masing-masing, kalau skilnya di pertanian ya kita arahkan ke pertanian, perkebunan ya ke perkebunan. Masing-masing punya skil berbeda, jadi kalau kita paksakan ya nggak bagus,” pungkasnya.
Sumber : Detik
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’