Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui perwakilan RI di Filipina sedang mendalami laporan media yang menyebut seorang perempuan Indonesia ditangkap militer setempat karena dicurigai terlibat dalam merencanakan serangan bom bunuh diri di wilayah Filipina selatan.
“KBRI di Manila dan KJRI di Davao masih dalam proses mengonfirmasi kebenaran berita ini dengan otoritas setempat (Filipina),” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, pada Sabtu (10/10) sore.
Sebelumnya dilansir laman berita BenarNews pada Sabtu pagi dilaporkan bahwa pihak militer Filipina telah menangkap seorang perempuan WNI yang diidentifikasi sebagai Rezky Fantasya Rullie alias Cici pada dini hari oleh pasukan keamanan di Pulau Jolo bersama dengan dua wanita Filipina yang diyakini sebagai istri anggota kelompok Abu Sayyaf (ASG).
“Penangkapan Rullie adalah kehilangan besar bagi ASG karena menurut informasi intelijen, ia telah setuju untuk melakukan bom bunuh diri berikutnya,” kata pemimpin Komando di Mindanao Barat yang berbasis di Zamboanga, Letnan Jenderal Corleto Vinluan.
Sedangkan dua perempuan Filipina yang ditangkap bersama Rullie adalah Inda Nurhaina dan Fatima Sandra Jimlani. Nurhaina diidentifikasi sebagai istri salah satu komandan ASG, Ben Tatoo, yang memiliki rumah tempat ketiga perempuan itu ditangkap.
Suami Rullie adalah Andi Baso yang menurut pihak militer telah tewas dalam kontak senjata dengan pasukan di Sulu pada 29 Agustus, tetapi jasadnya belum ditemukan. Rullie sendiri diyakini sebagai putri dari pasangan WNI yang melakukan serangan bom bunuh diri di sebuah gereja di Kota Jolo pada Januari 2019. Serangan itu menewaskan 23 orang termasuk pelaku bom bunuh diri.
Tingkatkan Perburuan
Kemlu RI Dalami Laporan Mengenai Penangkapan WNI
Pasukan Filipina telah meningkatkan perburuan militan domestik dan asing, serta pembuat bom, setelah dua wanita pembom bunuh diri melakukan serangan di Jolo yang menyebabkan 15 orang tewas pada bulan Agustus lalu.
“Kami mengejar pelaku bom bunuh diri teroris asing di Sulu setelah bom kembar di kota Jolo pada 24 Agustus 2020,” kata kepala satuan tugas di Jolo, Brigjen Jenderal William Gonzales.
Rullie dan suaminya diyakini mengikuti arahan Mundi Sawadjaan, pembuat bom yang mendalangi serangan Agustus di Jolo.
Mundi adalah keponakan dari komandan ISIS Filipina dan pemimpin senior Abu Sayyaf, Hatib Hajan Sawadjaan.
Vinluan mengatakan, pihak berwenang Indonesia telah diberitahu tentang penangkapan Rullie dan kemungkinan kematian Andi Baso.
Menurut keterangan Karopenmas Divhumas Polri, Brigjen Polisi Awi Setiyono, Andi Baso masuk daftar pencarian orang polisi atas dugaan keterlibatannya dalam serangan bom di Gereja Oikumene di Samarinda, Kalimantan Timur, pada tahun 2016 lalu.
Sumber : Koran Jakarta
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’