Kabar yang ditunggu Nursiah selama delapan hari terakhir akhirnya terjawab melalui telepon. Di ujung telepon terdengar suara pria dengan kondisi lemah. Pria itu mengabarkan kondisinya dalam keadaan selamat.
Seketika Nursiah yang sepekan terakhir menunggu dengan cemas, sontak meneteskan air mata, mensyukuri orang yang dicintainya masih hidup.
Pria yang menelepon Nursiah pada Rabu (23/9/2020) sekira Pukul 19.00 WITA itu adalah sang suami yakni Syamsuddin (51 tahun).
Jalan kaki dari Malaysia
Sudah sejak Rabu (16/9/2020), Syamsuddin tak bisa dihubungi oleh pihak keluarga. Hal itu setelah Syamsuddin memutuskan berjalan kaki menembus Hutan Krayan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara untuk kabur dari Lawas, Malaysia.
Syamsuddin nekat berjalan kaki melewati hutan belantara di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia karena kecewa merasa ditipu saat kerja di negeri jiran.
Sudah lebih dari sebulan ia bekerja di Malaysia sebagai tukang bangunan, namun tak ada uang yang dia terima.
Bahkan untuk makan sehari-hari, ia juga sering tidak diupah. “Itulah (sebabnya) dia kasih kabar mau kembali ke Krayan, jalan kaki lewat hutan, sudah saya larang dia,” tutur Nursiah.
Berbekal air mineral, vetsin, dan garam
Nursiah dan anak-anaknya yang tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan menuturkan, sang suami sudah sembilan tahun ini memang merantau di Krayan dengan bekerja sebagai pemborong bangunan.
Karenanya, saat sadar jadi korban penipuan di Malaysia, dia nekat jalan kaki menembus hutan demi bisa kembali di Krayan.
Diceritakan Nursiah, saat memutuskan jalan kaki menembus Hutan Krayan jadi perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, sang suami hanya berbekal satu botol besar air mineral, garam, dan vetsin.
Saat lapar, Syamsuddin hanya menaburkan garam atau vetsin ke lidahnya, kemudian meminum air yang dibawanya.
Dia tidak menemukan tanaman buah atau hewan yang bisa dimakan saat menyusuri kedalaman Hutan Krayan.
“Jadi dia rasa-rasa saja itu garam dan vetsin. Nah, hanya itu saja dia bawa bekal, tidak ada dia bilang jumpa pohon buah, hewan juga tidak ada dijumpa selama jalan kaki berapa malam itu,” ujarnya.
Berdasarkan cerita Syamsuddin melalui telepon kepada sang istri, suasana Hutan Krayan masih terbilang asri, masih banyak hewan buas, seperti beruang, babi hutan, dan binatang khas Kalimantan yang menghuni hutan tersebut.
Syamsuddin mengaku sering mendengar suara binatang buas, tetapi tidak pernah sekali pun melihat keberadaan mereka.
Hal tersebut diyakini Nursiah karena sang suami tidak pernah meninggalkan ibadah meski terus saja berjalan kaki di tengah hutan.
“Memang dari dulu dia (Syamsuddin) tidak pernah itu yang namanya tinggalkan salat, selalu dia bangun malam tahajud, itu juga yang dia cerita. Kenapa jelas sekali banyak suara binatang buas, tapi tidak ada sedikit pun sentuh dia, biar di hutan, tahajud dia selalunya,” katanya.
Cerita Nursiah juga dibenarkan salah satu anaknya, Suryaningsih. Keluarga mereka berusaha rajin menjalankan shalat tahajud meminta agar ayah mereka ditemukan dalam keadaan selamat.
Jika memang takdir bapak mereka hanya sampai di situ, lima anak Syamsuddin memohon dalam salat mereka agar Tuhan menunjukkan keadaan ayahnya melalui mimpi saat mereka terlelap tidur.
“Kami terus berdoa memohon keselamatan bapak. Kami tidak pernah putus setiap hari menghubungi nomor bapak, mencari di media sosial, dan terus bertanya ke pos SAR,” katanya.
Syamsuddin dikenal keluarga sebagai ayah yang bertanggung jawab.
Kendati tak pernah pulang menengok keluarga di Makassar semenjak merantau, Syamsuddin tak pernah absen mengirimkan uang dan berpesan kepada anak-anaknya agar jangan pernah meninggalkan ibadah, rajin belajar, dan harus menjadi orang saat dewasa nanti.
Suryaningsih yang melaporkan peristiwa kehilangan ayahnya ke Pos SAR Nunukan mengatakan, ayahnya ditemukan dalam kondisi sangat lemah karena menahan lapar.
“Bapak tidur di bawah pohon besar tengah hutan. Dia mendengar beberapa orang tidak jauh dari situ, dia berteriak minta tolong, didengar oleh mereka, dan ditolong dikasih makan, baru enak dia rasa. Mungkin itu sudah jalan Tuhan, kami sangat bersyukur,” Ningsih bercerita.
Ningsih dan empat adiknya memiliki hajat untuk berpuasa kalau bapaknya ditemukan selamat.
“Kami dapat kabar, langsung bapak yang menelepon kalau dia selamat, itu mukjizat karena doa kami diijabah, kami hari ini mulai puasa,” tambahnya.
Meski ditemukan selamat, Syamsuddin mengatakan belum ingin pulang kampung.
Dia mengatakan, kepulangannya justru akan membuat anak-anaknya putus sekolah karena mencari pekerjaan di Makassar sangat sulit, apalagi di tengah kondisi pandemi Covid-19.
Sebagaimana penuturan Syamsuddin melalui ponsel kepada keluarganya, orang setempat yang menolongnya kemudian mengajaknya bekerja dengan upah lumayan.
“Dia bilang sudah mulai sehat badannya, besok dia mau mulai kerja, karena kebetulan orang yang kasih dia tolong ada kerja juga, mungkin proyek bangunan, belum dia cerita semua,’ ’katanya.
Medan sulit
Koordinator Pos Search and Rescue (SAR) Nunukan Anggi Endra Mulyawan mengakui ada laporan masuk terkait Syamsuddin, warga Kelurahan Daya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan, yang dilaporkan hilang di Hutan Krayan, sejak Rabu 16 September 2020.
Sayangnya, laporan tersebut hanya menyebut lokasi tanpa koordinat yang jelas. Adapun dari wilayah Kota Nunukan menuju Krayan hanya bisa ditempuh dengan transportasi udara.
Terlebih lagi, Hutan Krayan termasuk salah satu hutan yang masih lestari dan masih terjaga sehingga menjadi kendala lain dari petugas penyelamat.
Hal yang bisa dilakukan pos SAR Nunukan adalah berupaya menghubungi dan berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Krayan.
“Lokasinya jauh sekali kalau dari Nunukan, kita koordinasi dengan BPBD di sana juga, kami pantau saja dan terakhir ada laporan dari keluarganya yang menelepon kami kalau Syamsuddin sudah ditemukan selamat,” katanya.
Sumber : Tribunnews
Berita Terkait
11 Orang Pendaki Meninggal Dunia Akibat Erupsi Gunung Marapi
Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi di UNESCO
Pria Tewas Ditikam Setelah Berkelahi dengan Teman Sekamarnya karena Tidak Mengucapkan ‘Terima Kasih’