Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.949 per dolar AS, melemah 114 poin atau 0,77 persen dari posisi Rp14.835 pada Rabu (23/9/2020).
foto : Nusantara TV
Kurs rupiah hampir menyentuh level psikologis Rp15.000, tepatnya ke posisi Rp14.950 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, Kamis (24/9/2020).
Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp14.949 per dolar AS, melemah 114 poin atau 0,77 persen dari posisi Rp14.835 pada Rabu (23/9/2020).
Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg hari ini, pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot juga terdepresiasi 0,42 persen atau 62,5 poin ke level Rp14.877 per dolar AS hingga pukul 10.10 WIB.
Adapun, nilai tukar rupiah memang dibuka berada pada level yang sama dengan penutupan perdagangan hari sebelumnya yakni pada level Rp14.815 per dolar AS. Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak dalam kisaran level Rp14.815 – Rp14.893.
foto : Harian Singgalang
Pada perdagangan hari sebelumnya, Rabu (10/9/2020), pergerakan nilai tukar rupiah di pasar spot juga berakhir pada posisi melemah 30 poin ke posisi Rp14.815.
Pelemahan mata uang Asia terjadi ketika indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama perkasa di level 94,37.
Sebelumnya, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan dalam perdagangan hari ini kemungkinan mata uang garuda belum bisa bangkit dan masih akan berkutat di zona merah.
“Kamis ini kemungkinan mata uang rupiah akan dibuka melemah di 20—50 point di level 14.800-14.870,” kata Ibrahim dalam risetnya, seperti dikutip Bisnis, Rabu (23/9/2020)
Ibrahim menyebut ada sejumlah sentimen yang perlu dicermati dalam pergerakan nilai tukar rupiah, salah satunya perkembangan rancangan Undang-undang Bank Indonesia yang dianggap janggal oleh investor asing.
Pasalnya, amandemen UU BI tersebut dinilai bakal membuka peluang Menteri Keuangan bisa mempengaruhi BI untuk ikut mendanai defisit anggaran. Adapun RUU tersebut saat ini masih tahap awal dan di Banggar DPR.
Sementara itu, dari global setidaknya ada dua sentimen yakni rilis data ekonomi AS yang menunjukkan penjualan rumah melonjak hingga 6 juta pada Agustus dan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan mencapai rata-rata 2 persen.
Di sisi lain, munculnya kasus Covid-19 di Eropa dan AS mendorong investor untuk cenderung memilih mata uang greenback, apalagi dengan kemungkinan perpanjangan lockdown di Inggris.
Sumber Bisnis.com
Berita Terkait
Dolar AS Rontok, Rupiah Menyodok
Pukul 10:00: Rupiah Berbalik Menguat 9 Poin
Jurus BI-OJK Jaga Bank yang Seret Likuiditas