Suatu perjalanan tentu memerlukan perbekalan yang memadai. Perjalanan dari rumah ke tempat kerja paling tidak memerlukan bekal bensin atau uang transport untuk pergi-pulang.
Pulang mudik tentu bekalnya harus lebih banyak lagi. Pergi ke tanah suci, bekalnya di samping harus banyak juga lengkap, jasmani, rohani, jiwa dan raga.
Nah, apa lagi ini perjalanan panjang kampung akhirat, bekalnya haruslah dipersiapkan sebaik-baiknya dan selengkap-lengkapnya saat di alam dunia ini. Dan tidak lain bekal itu adalah taqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah menyatakan di dalam firman-Nya yang artinya: “…..Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 197).
Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menyiapkan bekal suatu perjalanan, dalam hal ini ayat berbicara berkaitan dengan perjalanan haji. Karena penyiapkan bekal untuk itu merupakan tindakan menghindari dari membutuhkan bantuan orang lain.
Di dalam sebuah hadits disebutkan, adalah penduduk Yaman pergi berhaji. Mereka sengaja tidak membawa bekal dan berkata, “Kami hanya bertawakal kepada Allah”. Maka Allah berfirman, “Berbekallah kalian. Sesungguhnya sebaik-baik bekal ialah ketakwaan”.
Mereka dilarang bersikap demikian, hanya pasrah tanpa bekal perjalanan haji. Namun justru untuk itupun diperintahkan supaya membawa bekal, seperti tepung, gandum dan kue kering (bekal makanan). Kalau sekarang tentu bisa lebih luas lagi, bekal makanan, minuman, biaya dan bekal lain yang diperlukan selama perjalanan.
Di samping tentu adalah bekal aqidah taqwa kepada Allah. Sebab dengan taqwa itulah akan dapat menyelesaikan berbagai persoalan.
Allah berfirman: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah berikan baginya jalan keluar dan Allah akan berikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak dia sangka-sangka”. (Q.S. At-Thalaq : 2-3).
Firman Allah pada ayat lainnya: “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah jadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. (Q.S. At-Thalaq: 4).
Disebutkan juga di dalam hadits dari Anas Radhiyallahu ’Anhu, dia berkata: Ada seorang lelaki yang datang menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, saya hendak bepergian, maka berilah saya bekal.”
Maka beliau menjawab, “Zawwadakallahut taqwa (semoga Allah membekalimu dengan takwa).” Lalu dia berkata, “Tambahkan lagi bekal untukku.” Beliau menjawab, “Wa ghafara dzanbaka (semoga Allah mengampuni dosamu).”
Dia berkata lagi, “Tambahkan lagi bekal untukku, ayah dan ibuku sebagai tebusan bagimu.” Beliau menjawab, “Wa yassara lakal khaira haitsuma kunta (semoga Allah mudahkan kebaikan untukmu di mana pun kamu berada)”. (H.R. At-Tirmidzi).
Persiapan untuk akhirat
Mengumpulkan bekal taqwa berupa menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya, merupakan bagian dari persiapan untuk kampung akhirat. Ibarat menabung adalah kita sedang menyiapkan Tabungan Asuransi Kampung Akhirat atau Bank Central Akhirat.
Tabungan ini berupa mengerjakan ibadah-ibadah mahdhah individu, seperti shalat lima waktu, bertadarus Al-Quran, memanjatkan doa, berdzikir, dan beristighfar.
Juga ibadah yang berdimensi sosial, seperti menunaikan zakat, infaq shadaqah, menyantuni fakir miskin, membangun fasilitas sosial, memaafkan orang lain, dan sebagainya.
Allah mengingatkan tentang pentingnya persiapan ini: “Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18).
Persiapan untuk hari esok yang dekat yaitu kematian dan esok yang jauh yaitu hari kiamat. Yakni bahwa orang beriman itu menyiapkan diri dengan ibadah, amal shalih, dan ketha’atan. Mukmin itu semakin hari seharusnya semakin berkualitas, semakin baik dan semakin bertakwa.
Ibnu Jarir Ath-Thabari memberikan pendapat, “Lihatlah apa yang akan terjadi di hari kiamat kelak dari amalan-amalan yang diperbuat manusia. Apakah amalan shalih yang menghiasi dirinya ataukah amalan kejelekan yang berakibat jelek di akhirat?”
Karena itu, tidak lain menyiapkan bekal dengan berbagai amalan kebaikan menjadi kebutuhan utama setiap kita individu Muslim. Sehingga kelak saat menghadap Allah dan menuju hari akhirat, bekal itulah yang menjadi kawan kita menuju syurga yang penuh kenikmatan.
Sumber : Khalid Basalamah Official, Mina News
Berita Terkait
Umat Muslim Lebih Dari 30 Negara Datang Ke Masjid Agung Taipei Untuk Merayakan Ramadhan
Restorasi Al-Qur’an Berusia 500 Tahun Telah Selesai
6 Tips Berpuasa di Hari Pertama Ramadhan