Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat sudah ada 119 perusahaan asing yang berpotensi merelokasi pabriknya ke Indonesia. 59 perusahaan tersebut di antaranya berasal dari Taiwan.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM, Ikmal Lukman mengatakan saat ini sudah ada dua perusahaan asal Taiwan yang merelokasi pabriknya ke Indonesia, yaitu Kenda dan Meiloon.
“Meiloon sudah memulai operasionalnya di Kabupaten Subang-Jawa Barat, sementara Kenda sedang aktif (proses implementasinya) dengan kita dan berharap tahun depan sudah bisa beroperasi. Kita juga sangat mengapresiasi, karena saya dengar banyak perusahaan asal Taiwan yang merelokasi dari China,” kata Ikmal dalam webinar yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Komite Taiwan & TETO, dikutip dari keterangan resmi, pada hari Minggu (30/8/2020).
Deputy Representative TETO, Peter Lan mengatakan peluang kerja sama antara Indonesia dengan Taiwan sangat prospektif meski dalam masa pandemi COVID-19. Sebab, Indonesia telah menjadi salah satu negara yang termasuk dalam penerapan Kebijakan Baru ke Arah Selatan (New Southbound Policy) yang ditetapkan oleh Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen. Menurutnya, ada 59 perusahaan Taiwan yang berpotensi merelokasi pabriknya ke Indonesia.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ketua Kadin Indonesia Komite Taiwan, S.D Darmono. Menurutnya, Indonesia dan Taiwan memiliki kelebihan masing-masing yang jika dikolaborasikan bisa memberikan keuntungan bagi kedua negara.
“Hal yang perlu dilakukan hanya penguatan komunikasi bilateral kedua negara, baik itu pemerintah ke pemerintah (G2G) dan bisnis ke bisnis (B2B),” ucap Darmono.
Menurut Peneliti di Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Zamroni Salim, kerja sama yang bisa dibangun kedua negara tersebut adalah di sektor kesehatan mencakup produk dan jasa, seperti baju hazmat, alat kesehatan, bahan kimia dan farmasi, termasuk vaksin.
Sebab, Taiwan dinilai memiliki manajemen penanggulangan COVID-19 lebih baik dibanding Indonesia. Terlihat dari angka positif di Indonesia yang sudah mencapai 169.195 per 29 Agustus, sementara Taiwan hanya 489 kasus dan saat ini kurva penyebarannya sudah flat.
“Sementara salah satu peluang yang bisa dikembangkan pengusaha Indonesia di Taiwan adalah Care Center karena di Maret 2018, Taiwan sudah masuk ‘aged society’ atau masyarakat yang sudah tua di mana berumur di atas 65 mencapai 14.05%. Pada 2026, diproyeksikan Taiwan masuk kategori super-aged society di mana setidaknya 20% masyarakatnya sudah berumur di atas 65 tahun ke atas. Sehingga peluang untuk pelayanan untuk lansia, atau caregiver menjadi penting,” urai Peneliti dari Chung-Hua Institute for Economic Research, Kristy Hsu.
Selain itu, kerja sama lain yang bisa dikembangkan adalah sektor alat telekomunikasi dan komponennya, R&D service, keamanan IT dan pengelolaan big data. Pasalnya semua aspek tersebut merupakan keunggulan yang dimiliki Taiwan selama ini.
“Namun demikian, diperlukan dukungan kedua negara untuk terlibat aktif. Kemudian, pengaturan preferensial bilateral dalam perdagangan dan investasi,” kata Vice Chairman Hubungan Internasional Kadin Indonesia, Shinta Kamdani.
BKPM sendiri selaku lembaga yang bertanggung jawab terhadap investasi sudah menyadari hal itu. Oleh karenanya, BKPM membuat terobosan dengan mempermudah proses perizinan. Di mana jika perusahaan ingin mendapat lisensi B, maka lisensi A harus didapatkan dulu. Namun, saat ini, sudah bisa didapat dengan paralel.
Sumber : Detik
Berita Terkait
GANAS: PMA harus berani lapor jika dapat perlakuan tidak pantas dari majikan
WDA: PMA hanya boleh kirim uang lewat lembaga remitansi resmi untuk hindari penipuan
Taifun Gaemi sebabkan 10 kematian, 2 hilang, dan 904 orang terluka di Taiwan