Ketika Rory Curtis bangun dari koma, ia tak tahu di mana ia berada. Matanya berkedip, lalu dengan lancar ia bicara dalam bahasa Prancis. Ia memang pernah belajar bahasa Prancis waktu sekolah dulu, tapi ia sudah lupa karena itu sudah lama sekali.
Begitu lancarnya ia berbahasa Prancis, sampai-sampai perawat yang menungguinya asli orang Prancis bertanya kepada ayah Rory, dari Prancis bagian mana mereka berasal. Namun percakapan itu berumur singkat, karena kemampuannya berbahasa Prancis kemudian hilang.
Semuanya bermula dari kecelakaan yang menimpa Rory Curtis pada suatu sore di bulan Agustus 2012 silam. Usianya 24 tahun, dan Curtis sedang mengerjakan sesuatu di perusahaan tempatnya bekerja.
Saat itu Curtis bekas calon pemain di Manchester United bekerja di perusahaan konstruksi sambil bekerja sepak bola semiprofesional. Curtis tak sepenuhnya ingat kecelakaan yang menimpanya. Namun dari kesaksian orang-orang, mobil van yang dikendarainya menabrak sebuah truk di jalan bebas hambatan di dekat Tamworth, Inggris.
Namun dibutuhkan 40 menit bagi petugas pemadam kebakaran mengeluarkan Curtis dari reruntuhan kecelakaan.Ia dibawa dengan helikopter ke Queen Elizabeth Hospital di Birmingham, di mana ia koma selama enam hari. Di rumah sakit itulah terjadi peristiwa ia terbangun dan tiba-tiba lancar berbahasa Prancis.
Saat stabil, ia dipindahkan ke Mosely Hall Hospital, dirawat seorang spesialis perawatan cedera otak, untuk memulai pemulihan yang akan berjalan panjang. Diperkirakan ia tak akan bisa berjalan atau bicara dengan baik lagi. Curtis pernah diundang berlatih di klub sepak bola Birmingham City ketika usianya 11 tahun.
Namun baru pada usia 13 tahun ia memikat seorang pencari bakat dari Manchester United, dan diundang untuk berlatih di akademi Carrington milik klub besar itu. Namun ia belum siap untuk meninggalkan orang tuanya, sehingga ia bergabung ke klub dekat tempat tinggalnya, Walsall dan akan bergabung dengan United suatu saat.
Ia seharusnya bergabung dengan pemain muda United saat ke sebuah tur di Eropa, tapi inflamasi tumit menghentikannya. Lalu akhirnya ia tetap bersama Walsall dan sempat bermain bersama dengan Troy Deeney, yang kini menjadi kapten untuk tim Liga Primer Watford. Ia sempat meneken kontrak Pound 150 per minggu dengan Walsall FC, saat usianya 18 tahun.
Seiring jalannya waktu, ketertarikan Curtis terhadap sepak bola memudar. Ia lalu bekerja di sektor konstruksi sambil sesekali bermain di klub-klub semiprofesional. Kecelakaan itu sendiri membuat Curtis mengalami retak di tulang rusuk. Selain lancar bahasa Prancis yang tak pernah terjelaskan itu, Curtis juga mengalami pengalaman mundur umur.
Sesaat sesudah kecelakaan itu, Curtis merasa dirinya 10 tahun lagi, dan bertanya ke ibunya tentang anjing peliharaan mereka yang sudah lama mati. “Saya bangun dari koma, dan menyangka saya anak-anak, katanya. Bahkan ia sempat berpikir bahwa dirinya adalah aktor Hollywood Matthew McConaughey. Curtis keluar dari rumah sakit bulan November 2012 dengan kursi roda.
Ingatan jangka pendeknya begitu kacau sehingga ia diminta menulis setiap kegiatannya dalam sebuah catatan harian setiap 15 menit, untuk mengingatkan diri sendiri semisal: apakah ia sudah mandi atau belum atau sudah makan atau belum hari itu.
“Saya menuliskannya sampai dua buku catatan penuh, katanya. Curtis diingatkan bahwa ia akan sulit bergerak lagi dan otaknya mungkin tak akan bekerja sempurna. Bahkan memakai baju mungkin akan sulit.
Namun dalam kurang dari setahun, ternyata Curtis telah pulih sepenuhnya. Bahkan ia bisa kembali bermain dengan klub amatirnya, Stourport, untuk musim laga di periode 2013-2014.
“Saya tak ingat kapan saya bisa jalan lagi, kata Curtis. “Tapi para dokter terkejut. Saya bahkan tidak pincang,” ungkapnya.
Beberapa hari sesudah kecelakaan, Curtis menjadi orang kedua di Inggris yang menerima pengobatan eksperimental dengan hormon, yang diyakini bisa efektif untuk membantu memulihkan trauma cedera otak.
Ini merupakan bagian dari penelitian yang dipimpin Amerika Serikat yang bernama Synapse. Kepada Curtis diberikan progesterone, hormon steroid perempuan dan kemajuannya dilacak setiap tiga bulan.
Bertahun sesudah itu, Curtis dan keluarganya berterima kasih sekali pada pemulihan yang ajaib dari perawatan radikal yang diterimanya. “Sayangnya, obat itu tak terlalu efektif, kata Dr Antonio Belli, ahli saraf yang mengawasi pemulihan Curtis. “Sama saja dengan placebo.”
“Rory Curtis bisa pulih dengan baik karena faktor genetis dan mungkin karena kondisi kesehatannya secara umum, kata Dr Antonio. Sekalipun Curtis bisa bermain sepak bola lagi, ia tetap tidak puas karena permainannya belum kembali seperti semula.
“Saya seorang perfeksionis, katanya. “Jika tidak sempurna, itu mempengaruhi kepercayaan diri.
Akhirnya Curtis meninggalkan sepak bola dan menekuni karier baru. Ia memutuskan meneruskan usaha pangkas rambut milik orang tuanya.
Selain itu Curtis meneruskan sekolah di South and City College Birmingham. Sesudah lulus, ia memutuskan untuk mengajar di bidang barunya: potong rambut.
Sepak bola memang pernah menjadi bagian utama hidupnya, tapi kini tidak lagi. “Kadang kita tahu bahwa kita masih mampu. Kadang kita sadar bahwa kita harus merelakannya.” Katanya.
Sumber : This Morning, BBC
Berita Terkait
Wabah Pneumonia di China: Rumah Sakit Penuh
Topan Khanun Tiba, Warga Korea Utara Diminta Utamakan Jaga Foto Kim Jong Un
Taiwan Mempertimbangkan Untuk Mempekerjakan Lebih Banyak Pekerja Filipina Sampai Menawarkan Tempat Tinggal Permanen!