Geger! Puluhan Mahasiswa Asing Diduga Jadi Korban Human Trafficking di Taiwan Barat!

Lebih dari 40 mahasiswa asing asal Eswatini yang tengah melanjutkan studi di Taiwan seketika kecewa setelah mereka justru menjadi korban perdagangan orang atau human trafficking. Puluhan pelajar ini berpikir bahwa mereka akan mewujudkan impian mereka untuk belajar di luar negeri dan dapat memahami bahasa mandarin dengan baik, namun nyatanya mereka malah menghadapi kondisi kerja yang tidak bersahabat dan selama berjam-jam ditempatkan di pabrik pengolahan ayam di wilayah Taiwan bagian barat.

foto : UDNNews

Dalam kasus lain, sejumlah mahasiswa asing yang belajar di Taiwan juga dipaksa untuk bekerja di pabrik, laporan media UDNNews yang melaporkan bahwa pada tahun 2018 lalu, Universitas MingDao merekrut lebih dari 40 siswa dari Eswatini untuk mengambil bagian dalam program studi kerja. Namun, nyatanya begitu mereka tiba di Taiwan, mereka segera dipaksa bekerja berjam-jam di sebuah pabrik pengolahan ayam.

Program studi internasional ini, yang diiklankan pada bulan Juni 2018 lalu bertajukt “Beasiswa Kerja/Studi Taiwan” dan menawarkan pelamar “pengalaman praktis dan pengalaman kerja” sambil mendapatkan gelar Sarjana Administrasi Bisnis.

Iklan tersebut mengklaim bahwa setiap siswa internasional yang ikut dalam program ini akan mendapatkan upah bulanan yang akan mencakup uang sekolah, akomodasi, asuransi, dan biaya lainnya dan masih menyisakan dana sebesar 3.000 Swazi lilangeni (atau setara dengan NT$ 5.000) per bulan untuk cadangan dan menutup pengeluaran tambahan mahasiswa tersebut selama belajar di Taiwan.

Begitu para siswa internasional asal Eswatini tersebut memulai program studi perguruan tinggi di Kotamadya Pitou, Kabupaten Changhua, mereka cukup terkejut saat menyadari bahwa mereka dikirim ke pabrik pembekuan ayam dengan suhu udara di bawah 10 derajat Celcius. Di pabrik tersebut, puluhan mahasiswa asing ini dipaksa untuk mengupas kulit ayam selama berjam-jam.

foto : LTNNews

Apa yang mereka temui di Taiwan mengingatkan publik dan otoritas mancanegara akan kasus human trafficking yang terjadi pada lebih dari 40 siswa internasional asal Sri Lanka dari Universitas Kang Ning yang juga ditipu dengan iming-iming studi di Taiwan namun mereka malah dipaksa untuk bekerja di tempat pemotongan unggas.

Pada awal November tahun 2018, surat kabar lokal Eswatini, Eswatini Observer melaporkan para siswa mengeluh bahwa mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka bekerja delapan jam sehari, lima hari seminggu dalam kondisi yang sulit, hanya menyisakan satu setengah hari untuk menghadiri kelas, sehingga mereka pun tidak fokus belajar.

Surat kabar itu mengutip satu sumber yang mengatakan, “kondisi ini sangat menyedihkan bagi mereka dan banyak dari mereka menyesal mengambil kesempatan ini dan ingin kembali ke rumah.”

Duta Besar Taiwan untuk Kerajaan Eswatini, Jeremy Liang, mengatakan kepada surat kabar itu bahwa dia baru saja diberitahu tentang situasinya dan telah menurunkan tim khusus untuk menyelidiki masalah tersebut. Liang mengatakan bahwa dia telah membantu para siswa memproses aplikasi mereka ke universitas dan belum mengetahui kondisi tempat kerja, tempat dimana mereka ditugaskan oleh pihak universitas.

Yu Jung-hui, ketua organisasi pengajar di sekolah swasta (UPRISE) di Taiwan mengatakan bahwa sebanyak 47 siswa internasional yang direkrut untuk program ini dan telah dijanjikan akan mendapatkan beasiswa yang mencakup biaya kuliah, akomodasi asrama selama empat tahun, dan uang sebesar NT$ 6.000 per bulan untuk biaya hidup, laporan media ETtoday.

Sebaliknya, Yu mengatakan alih-alih melanjutkan studi di Taiwan, para mahasiswa internasional ini malah dipaksa untuk bekerja rodi di Taiwan.

Yu mengatakan bahwa Universitas MingDao telah melakukan penipuan dalam skala internasional. Ia meminta pihak berwajib untuk segera melakukan penyelidikan atas kasus ini.

Investigasi oleh Departemen Pendidikan (MOE) Taiwan menemukan bahwa sekolah secara ilegal mengharuskan siswa internasional baru asal Eswatini untuk bekerja di luar sekolah dalam istilah kerja magang selama lebih dari 20 jam seminggu.

Pihak MOE Taiwan kemudian memberi tahu universitas bahwa para siswa dapat melanjutkan pendidikan mereka di sekolah tetapi lembaga itu tidak dapat meminta mereka untuk bekerja untuk mengimbangi biaya kuliah dan biaya akomoadasi mereka selama berada di Taiwan.

Sebagai bentuk hukuman atas kasus ini, pihak MOE Taiwan juga melarang Universitas MingDao merekrut mahasiswa asing pada tahun ajaran 2021.

Namun, pihak Universitas MingDao sampai saat ini secara sepihak telah mengubah metodenya untuk mengurangi biaya sekolah dan biaya akomodasi bagi mahasiswa asing dengan meminta mahasiswa di kampus tersebut untuk bekerja secara sukarela, laporan media China Times.

Hal ini menyebabkan beberapa siswa merasa bahwa hak dan minat mereka terpengaruh, sehingga mereka mengeluh kepada MOE Taiwan.

Menurut pihak MOE Taiwan, Universitas MingDao telah diminta untuk merancang langkah-langkah untuk meningkatkan kondisi pengajaran dan kehidupan yang layak bagi mahasiswa asing khusunya asal Eswatini.

MOE Taiwan juga meminta universitas untuk mengusulkan solusi untuk biaya kuliah dan biaya akomodasi mahasiswa asing yang disetujui oleh kedua belah pihak sesegera mungkin untuk melindungi hak dan kepentingan mahasiswa internasional yang belajar di Taiwan.

foto : ETtoday

Chou Chien-ming, wakil presiden Universitas MingDao, menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan bahwa dua tahun lalu, universitas memilih pabrik ayam terdekat sebagai tempat magang para mahasiswa internasional yang belajar di kampus tersebut.

Namun, dia mengatakan bahwa setelah beberapa minggu, para siswa meminta perubahan magang, sehingga universitas membantu mereka dalam menemukan majikan yang baru.

Chou mengklaim bahwa saat ini, sekolah membantu siswa internasional dalam mencari pekerjaan sesuai aturan hukum yang berlaku dan menawarkan bantuan dalam mengurangi biaya atau menemukan peluang studi-kerja lainnya. Chou juga mengklaim bahwa sekolah telah mencapai persetujuan dengan siswa yang terlibat dalam program tersebut.

Pejabat sekolah berjanji bahwa di masa depan, jika ada situasi dimana siswa mengalami kesulitan membayar biaya hidup dan belajar mereka, sekolah akan mencari bantuan dari MOE dan Kementerian Luar Negeri (MOFA) Taiwan.

Universitas MingDao mengirim pernyataan tentang insiden itu ke media Taiwan News di mana ia menekankan enam poin utama, termasuk bahwa program itu tidak menggunakan perantara atau agensi tenaga kerja.

Program studi bagi mahasiswa asing yang diusung oleh Universitas MingDao mewajibkan para siswa harus bekerja tiga hari dalam seminggu dan mengambil kelas tiga hari dalam seminggu.

Selain itu, pihak Universitas MingDao mengatakan bahwa para siswa disediakan pakaian pelindung yang layak dari jenis yang tersedia untuk karyawan lain selama bekerja di pabrik pengolahan ayam tersebut.

Universitas MingDao juga mengatakan bahwa para siswa dapat memilih majikan yang paling cocok untuk mereka dan kententuan biaya kuliah dan biaya akomodasi para mahasiswa asing tersebut dijelaskan dalam bahasa Inggris oleh pihak kampus.

Sumber : UDNNews, ETtoday, Taiwan News

Loading

You cannot copy content of this page